Sabtu, 28 Januari 2012

Home » HAPPILY EVER AFTER ~ Part 2

HAPPILY EVER AFTER ~ Part 2

Beberapa lama Ryu masih berdiri terpaku dengan bola terjepit di pinggang di tahan lengan kirinya dan di telapak lengan kanannya masih memegang leontin, teriakan teman-temannya dihiraukannya, sampai sebuah suara membuyarkan lamunannya “Hey Ryu…” dan ia tersentak dan buru-buru menjejalkan leontin ke saku celana.


“Kamu kan yang …” Kata-kata Keiko terputus melihat Ryu mengangkat tangannya meminta Keiko berhenti bicara.

“Tunggu…! Ulangi apa yang kamu katakan tadi.”

“Kata-kata yang mana..?” Keiko bingung

“Aish…” Nih gadis memang suka mengulangi pertanyaan orang bukannya langsung menjawab sih. Sungut Ryu. “Yaaa….kata-katamu yang tadi, lalu kamu pikir yang mana heh...” Ryu kelihatan sekali kesal

“Oh itu…” Keiko memukul-mukulkan jari telunjuknya ke mulut berusaha mengingat-ingat. “Kamu kan yang..”

“Bukan itu…kata-kata sebelumnya..” Keiko kaget dengan intrupsi Ryu yang menggelegar.

Dengan mata ke atas dan wajah cemberut Keiko menatap Ryu “Hey Ryu…”

“Nah itu…” Ryu memainkan jari telunjuknya ke muka Keiko “…kamu tahu dari mana kalau aku Ryu, kita kan belum kenalan dan aku termasuk orang yang belum lama sekolah di sini…ya kalau menurutmu sebulan itu masih baru.” Ryu berkata dengan lembut dan kelihatan kekanak-kanakan menjelaskan sesuatu yang belum tentu lawan bicaranya ingin mengetahuinya.

“Yaish…kamu itu ya…heh” Keiko mengepalkan jemarinya, emosinya sudah mulai naik apalagi mengingat kejadian di acara tadi. Dengan meneguk air liurnya dan telapak tangan yang masih mengepal Keiko berusaha menahan emosinya yang mencari penyaluran untuk dimuntahkan.

Ryu memandangi Keiko dengan dahi mengernyit melihat tingkah gadis dihadapannya yang berusaha menahan diri dari sesuatu.

“Dengar ya…saya tahu nama kamu dari teman-temanmu..” Keiko mengarahkan pandangan ke teman-teman Ryu di lapangan basket yang nyengir dan melambaikan tangan “…yang memanggil-manggil kamu dari tadi, sementara yang di panggil sepertinya kerasukan roh halus hingga melupakan sekelilingnya.” Keiko mengitari tubuh Ryu sambil memperhatikan dari kepala sampai ke kaki berulang kali membuat Ryu jengah diperhatikan seperti itu.

“Lalu kenapa kalau benar aku kerasukan…heh?” Ryu berusaha bersikap tenang dan menatap dengan sorot mata menantang.

“Ehh…” Keiko jadi bingung dan salah tingkah dengan pertanyaan Ryu dan cara bicaranya yang seakan mereka sudah kenal lama.

“Hmfh….bukan …. urusan saya…” Keiko mengedikkan bahu dengan kepala menggeleng, dia merasa aneh dengan sikapnya sendiri yang tidak sesuai dengan maksudnya kembali menemui siswa yang sudah merusak hari indahnya dan amarahnya yang menguap entah kemana dan tanpa sadar dirinya sudah beberapa langkah meninggalkan Ryu.

Setelah pikiran normalnya kembali, Keiko menghentikan langkah dan berbalik menghadapi Ryu.

Ryu yang sudah bisa menenangkan diri & bersiap menghadapi ledakan gadis didepannya bengong melihat perubahan sikap Keiko yang awalnya bersemangat hendak menjagalnya menjadi gadis yang seakan lupa dengan dirinya sendiri. Ia meraba saku celananya dan mendapati benda tersebut tersimpan rapi di sana tanpa menyadari Keiko berada satu langkah didepannya.

“Ehh…!” Ryu mengurungkan ayunan kakinya yang hampir menubruk Keiko.

“Apa…?!” Ryu kembali di buat bingung oleh gadis dihadapannya yang kembali seperti semula ibarat singa siap menerkam mangsa.

Keiko menyodorkan selebaran dengan tangan kanannya sementara tangan kiri masih memegang kamera. Raut mukanya tidak enak di pandang karena matanya melotot seperti hendak meloncat ke luar dan bibir mengerucut ke depan. 

Ryu hampir saja meledakkan tawa melihat wajah Keiko yang menurutnya lucu tapi cepat ditutupnya mulut dengan satu tangan yang mengepit bola hingga bola terjatuh karena tangan yang lain sedang menerima selebaran. Ryu berusaha menyamarkan tawanya dengan batuk-batuk kecil karena ia tahu Keiko sedang marah dan ia tidak mau menyulut amarah gadis didepannya lebih besar.

Ryu memperhatikan dengan seksama selebaran yang dipegangnya dan setelah dibacanya, ia mengalihkan pandangan dari selebaran ke Keiko.

“Apa maksudnya ini …?”

“Apa kamu tidak bisa membacanya…?” Keiko menatap Ryu dengan sorot mata membara.

“Yaish…kamuuu………hehh?” Ryu menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dengan sekali hentakan. Susah sekali bicara dengan gadis ini, jika di tanya malah balik bertanya, dasar keras kepala. “Hei…Kalau aku tidak bisa membaca tentu aku masih di TK bukan di SMA...kamu itu ketua OSIS tapi kenapa otakmu di simpan di dengkul.” Tapi yang ke luar dari mulutnya bukan itu.

“Yaa…jelas saja aku bisa dan aku sudah membacanya…ini selebaran tentang lomba foto antar SMA…lalu apa maksudmu memperlihatkan ini padaku..?” Ryu mengembalikan selebaran itu pada Keiko.

“Untuk menantang kamu.” Kata Keiko singkat tanpa berkedip memandang Ryu.

“Menantang aku…ha..ha..ha.. apa aku tidak salah dengar. Di situ jelas tertulis tiap sekolah hanya boleh mengirimkan satu foto hasil karya muridnya. Aku yakin sekolah sudah menentukan foto hasil karya siapa yang akan di ikut sertakan lomba. Jadi…untuk apa kau menantangku…?” Ryu membuang muka ke samping.

“Tidak….kamu tidak salah dengar dan...kamu juga benar, pihak sekolah sudah menentukan foto yang akan ikut lomba. Tetapi sebagai ketua OSIS, saya bisa merubah keputusan tersebut…lagipula saya tidak mau hasil karya saya yang diragukan oleh orang lain diikut sertakan lomba sebelum saya membuktikan bahwa memang benar hasil karya saya layak untuk dilombakan secara universal.”

Ryu terpana mendengar penuturan Keiko yang berapi-api, dari awal ia memang sudah menduga gadis ini lain dari pada gadis kebanyakan, semangat berusahanya dan tidak cepat puas dengan hasil karyanya sebelum bisa membuktikan bahwa ia layak bangga dengan semua usahanya dan juga sportifitasnya yang tinggi dalam meraih sesuatu, di samping itu ia gadis yang tidak pongah dengan atribut ke pangkatan disekolahnya dan dengan hasil karyanya yang sudah membuatnya populer di lingkungan sekolah.

“Bagaimana…kamu menerima tantangan ini…?” Keiko akhirnya bertanya karena Ryu tidak juga merespon atau menjawab maksudnya, hanya berdiam seperti patung.

“Hey…Ryu..!” Keiko meninju pelan bahu Ryu yang masih mematung. Sebenarnya Keiko segan menyentuh lelaki dihadapannya tapi ia sudah tidak punya banyak waktu lagi menunggu Ryu menapakkan kakinya ke bumi.

“Aaa…apa..?” Ryu tersentak merasakan aliran listrik menjalar di bahu kirinya walau tinju Keiko pelan tapi itu cukup membuat pikirannya terkumpul kembali.

Keiko mengibaskan selebaran di wajah Ryu dengan tatapan penuh harap. Ryu tersenyum menyadari ia belum mengatakan apa pun setelah Keiko menjelaskan kenapa menantangnya.

***********

Hari senin pada minggu berikutnya :

Keiko & Ryu mulai melakukan pertarungannya dengan menjepret sana-sini tapi yang mengherankan mereka selalu berada di tempat yang sama seperti masing-masing bisa membaca pikiran lawannya. Seperti hari itu pada saat istirahat ke dua di ruang olah raga, ketika Keiko mulai membidikkan kameranya tidak lama datang juga Ryu dan mulai memotret dua orang yang sedang bermain tenis meja. Keiko merasa kesal dengan ulah Ryu yang memotret objek yang sama dengannya. Ia mulai bergerak kesama-kemari mengambil gambar dengan angel yang bagus begitu juga dengan Ryu dan hal ini membuat ke dua siswa yang bermain menatap mereka dengan sorot mata tajam karena merasa terganggu.

“Kalian main saja dan anggap tidak ada apa-apa di sekitar kalian.” Kata Ryu menenangkan ke dua siswa tersebut.

“Iya, benar..kami hanya mengambil gambar saja, jadi lanjutkan mainnya.” Keiko menimpali.

Akhirnya ke dua siswa tersebut bermain kembali namun Ryu dan Keiko bersaing makin sengit di mana Ryu selalu memonopoli objeknya sehingga Keiko kesulitan mengambil dalam angel yang bagus. Keiko tidak hilang akal, ia mengeluarkan badge ketua OSISnya dan meletakkan di sudut meja permainan kemudian menjulurkan lidah ke Ryu yang membuat Ryu mendengus kesal karena Keiko menggunakan kekuasaannya untuk menguasai objek untuk dirinya sendiri.

Keiko merasa menang dan memotret dengan wajah cerah tapi ke dua siswa malah meletakkan bed (raket) tenis meja ke meja dan berlalu dengan muka dongkol.

“Hei kalian mau kemana …?” Seru Keiko

Ke dua siswa tersebut berhenti dan menoleh ke belakang dan salah satu siswa berkata “Kami tidak bisa konsentrasi main kalau ada kalian.”

“Hah….” Keiko hanya bisa melongo melihat ke dua siswa tersebut pergi ke luar ruangan sementara Ryu hanya senyum-senyum masam.

“Makanya jangan sok berkuasa.” Kata Ryu dengan senyum mengejek.

“Apa maksud kamu..?” Keiko seakan tidak menyadari perbuatannya.

“Yaah…pura-pura tidak mengerti, kalau kau tidak mengeluarkan ini…” Ryu mengambil badge Keiko dan melemparkannya kembali ke meja dekat keiko berdiri. “…mungkin mereka masih bermain.”

“Kamu yang mulai, enak saja menyalahkan saya, kalau kamu tidak bertingkah seperti tadi mana mungkin saya berbuat seperti itu.” Keiko mengambil badgenya dan menyimpannya.

“Lagi pula kenapa kamu selalu mengambil objek yang sama dengan saya, huh…sungguh menyebalkan.” Keiko memutar tubuhnya dan beranjak pergi dengan raut muka di tekuk.

Ryu hanya senyam-senyum memperhatikan tingkah Keiko yang menurutnya tambah lucu kalau dia marah.

Karena hari itu mereka lebih banyak berselisih akibat mengambil objek yang sama akhirnya tak satupun dari photo-photo tersebut yang bisa mereka ambil untuk di nilai.

******

Besoknya…

Keiko dengan bersenandung kecil melintasi lantai atas gedung sekolah mereka menuju tempat yang senantiasa membuatnya terpesona sembari memegang kamera. Dengan gesit dia meloncat ke ruang sebelah dan begitu Keiko sampai di sana alangkah kagetnya dia mendapati lelaki jangkung tersebut tersenyum padanya bersandar di tembok memandangi keindahan didepannya.

“Ba..gai...mana…bagaimana kamu bisa ada di sini ?” Keiko berusaha menenangkan batinnya, entah kenapa lelaki ini membuatnya selalu merasa salah tingkah dari pertama kali mereka bertemu.

Ryu hanya tersenyum lebar menanggapi pertanyaan Keiko dan senyum itu seakan menusuk jantungnya karena dia baru pertama kali ini melihat Ryu tersenyum seperti itu, senyum yang membuat orang yang melihatnya bahagia. Keiko terpana seakan banyak kupu-kupu dan bunga sakura beterbangan disekitarnya.

“Keiko….Keii.…Keiko.”

Keiko mendengar suara malaikat memanggil namanya dengan merdu dan memperhatikan dirinya dengan seksama dengan raut muka khawatir, tangannya meraba dahi Keiko. Keiko mengerjap-ngerjapkan matanya ketika tangan itu menyentuh kulitnya seakan ada khalilintar yang menyambarnya dan mengalirkan listrik ke seluruh tubuhnya sehingga sarafnya kembali bekerja.

“Haahh…” Desah Keiko pelan sembari memegang dadanya dengan sebelah tangannya yang bebas berusaha menenangkan deburan ombak yang bergemuruh didalamnya karena Ryu berada begitu dekat dengannya. Keiko berusaha mengalihkan perhatian dengan mencengkeram kameranya lebih erat dan menghindari Ryu dengan berjalan menjauh lalu berhenti mengahadap tembok yang setinggi dadanya, matanya memandang kekejauhan didepannya. Suasana di sekitar gedung ramai, karena gedung sekolah itu terletak di tempat strategis yang tidak jauh dari pusat keramaian dan dibelakang sekolah ada sebuah bukit dan hutan kecil yang masih asri dan masih termasuk areal sekolah.

Ryu mengikuti Keiko dengan tanda tanya berkecamuk dikepalanya, ada apa dengan gadis ini ? batinnya. Ryu akhirnya memutuskan menunggu Keiko tenang dan mengambil posisi di samping Keiko, setelah dilihatnya wajah Keiko sudah ceria kembali baru ia bertanya.

“Kamu sudah baikkan ?”

“Ah..aku…?” Keiko bertanya menunjuk kedirinya yang di sambut anggukan kepala oleh Ryu.

“Aku tidak apa-apa.” Keiko tersenyum menoleh sekilas ke Ryu lalu kembali memandang kekekajauhan dan pura-pura sibuk mengatur kameranya.

“Kamu yakin tidak apa-apa..?” Ryu masih berusaha meyakinkan. “Aku khawatir melihatmu tadi karena waktu aku panggil kamu tidak bergeming seperti shock atau …apa …” Ryu tidak melanjutkan kata-katanya karena kejadian barusan tergambar jelas dikepalanya tapi yang aneh kenapa pipi Keiko memerah pikirnya.

Pipi Keiko kembali memerah seperti udang rebus mendengar kata-kata Ryu, berarti yang memanggilnya tadi bukan malaikat melainkan… Oh tidak …!!! Jerit Keiko dalam hati.
Dengan susah payah Keiko menyembunyikan wajahnya dan deburan ombak di dalam dadanya. Kenapa jadi begini.. batinnya. Ia masih berpura-pura asik mencari sudut yang bagus dan tidak memperhatikan pertanyaan Ryu yang bertentangan dengan isi hatinya.

“Keikoo…” Panggil Ryu lembut dan terdengar seperti bisikan tapi Keiko mendengarnya sejernih air sungai yang mengalir tenang di tengah kebisingan bawah gedung.

Keiko melihat sekilas ke arah Ryu tapi walaupun hanya sekilas dan tertutup dengan lengan dan kameranya tapi Ryu sempat melihat pipi Keiko bersemu merah seperti tadi yang membuatnya semakin penasaran.

“Keiii..!” Ulang Ryu agak keras dan ini berhasil mengalihkan perhatian Keiko dari kegiatannya. Ryu tersenyum melihat Keiko menatapnya dan senyum itu seakan tidak mau menghilang terus terukir di wajahnya… Oh Tiiidaaaak, jangan tersenyum seperti itu. rutuk Keiko dalam hati, membuat Keiko semakin serba salah tapi bukan Keiko jika tidak bisa menampilkan wajah dingin dan tenang.

“Bisa tidak anda menghentikan pembicaraan ini, saya sudah katakan SAYA BAIK-BAIK SAJA...” Keiko meninggikan suaranya seakan lagi kesel dan marah dengan bicara formal untuk menutupi kegalauan perasaannya. “Jadi anda tidak perlu lagi mempertanyakan hal yang sudah jelas. Saya ke sini mau mengambil gambar yang bagus bukan untuk mendengar kepedulian anda atau …” Keiko mengangguk-anggukan kepala menatap Ryu dengan sorot mata marah. “… anda sengaja bersikap seperti ini untuk mengecoh saya sehingga saya tidak memperoleh gambar yang bagus.”

Ryu terperanjat mendapat sambutan yang jauh dari menyenangkan dari Keiko, bagaimana gadis ini bisa berubah secepat itu, pikirnya. Ryu tidak ada niat untuk mempermainkan atau apapun, dia tulus peduli dan khawatir tapi Keiko malah beranggapan lain.

“Aish…aku tidak ada maksud…” Ryu menghentikan kalimatnya mendapat tatapan melotot dari Keiko, sepertinya percuma menjelaskannya.

“Ok…terserah apa anggapanmu tapi harus kamu ingat aku tidak seperti itu.” Kata Ryu

Keiko membuang muka dan Ryu membalikkan badannya kesel lalu beranjak ke pojok mengambil tas yang diletakkannya di sana.

Mereka berdua diam cukup lama dan masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri menatap ke langit biru yang cerah.

Wajah ke dua remaja itu tiba-tiba bersinar cerah dan menoleh ke arah lawannya sambil berkata :

“Bagaimana kalau..” secara bersamaan, kemudian keduanya tersenyum.

“Silahkan … lady first.” Ryu mempersilahkan Keiko

“Bagaimana kalau kita berlomba dengan tema yang sama yaitu matahari terbenam … ?” Tanya Keiko

“Apa kamu bisa membaca pikiranku..” Sahut Ryu dengan senyum kecil seakan berbisik.

“Apa…?” Keiko ingin memperjelas.

“Ehm..tidak…Aku juga berpikiran yang sama denganmu tapi di mana..?” Ryu melihat ke bawah dan kesekitarnya.

Keiko hanya tersenyum dan tidak menjawab, ia melirik arlojinya lalu beranjak pergi meninggalkan Ryu sendiri.

Ryu menyadari Keiko sudah tidak ada ditempatnya buru-buru pergi.

(  - ^ -  )

ARTKEL TERKAIT



2 komentar:

  1. yeahhh di post dimari juga rupanya ^^ sekalian Eonn yg LOST IN THE SEA juga ama BAG SCANDAL,hehehe

    ayo lanjutannya mana??? Ryu ama Keiko buruan cinta2annya,heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya arian di post di mari juga, coba-coba ngeblog hehehe...
      Entar deh post di sini LITS & BS nya
      Makasih sudah mampir di mari..

      Hapus