Beberapa lama Ryu masih berdiri terpaku
dengan bola terjepit di pinggang di tahan lengan kirinya dan di telapak lengan
kanannya masih memegang leontin, teriakan teman-temannya dihiraukannya, sampai
sebuah suara membuyarkan lamunannya “Hey Ryu…” dan ia tersentak dan buru-buru
menjejalkan leontin ke saku celana.
“Kamu kan yang …” Kata-kata Keiko terputus
melihat Ryu mengangkat tangannya meminta Keiko berhenti bicara.
“Tunggu…! Ulangi apa yang kamu katakan
tadi.”
“Kata-kata yang mana..?” Keiko bingung
“Aish…” Nih gadis memang suka mengulangi
pertanyaan orang bukannya langsung menjawab sih. Sungut Ryu.
“Yaaa….kata-katamu yang tadi, lalu kamu pikir yang mana heh...” Ryu kelihatan
sekali kesal
“Oh itu…” Keiko memukul-mukulkan jari
telunjuknya ke mulut berusaha mengingat-ingat. “Kamu kan yang..”
“Bukan itu…kata-kata sebelumnya..” Keiko
kaget dengan intrupsi Ryu yang menggelegar.
Dengan mata ke atas dan wajah cemberut
Keiko menatap Ryu “Hey Ryu…”
“Nah itu…” Ryu memainkan jari telunjuknya
ke muka Keiko “…kamu tahu dari mana kalau aku Ryu, kita kan belum kenalan dan
aku termasuk orang yang belum lama sekolah di sini…ya kalau menurutmu sebulan
itu masih baru.” Ryu berkata dengan lembut dan kelihatan kekanak-kanakan
menjelaskan sesuatu yang belum tentu lawan bicaranya ingin mengetahuinya.
“Yaish…kamu itu ya…heh” Keiko mengepalkan
jemarinya, emosinya sudah mulai naik apalagi mengingat kejadian di acara tadi.
Dengan meneguk air liurnya dan telapak tangan yang masih mengepal Keiko
berusaha menahan emosinya yang mencari penyaluran untuk dimuntahkan.
Ryu memandangi Keiko dengan dahi mengernyit
melihat tingkah gadis dihadapannya yang berusaha menahan diri dari sesuatu.
“Dengar ya…saya tahu nama kamu dari
teman-temanmu..” Keiko mengarahkan pandangan ke teman-teman Ryu di lapangan
basket yang nyengir dan melambaikan tangan “…yang memanggil-manggil kamu dari
tadi, sementara yang di panggil sepertinya kerasukan roh halus hingga melupakan
sekelilingnya.” Keiko mengitari tubuh Ryu sambil memperhatikan dari kepala
sampai ke kaki berulang kali membuat Ryu jengah diperhatikan seperti itu.
“Lalu kenapa kalau benar aku kerasukan…heh?”
Ryu berusaha bersikap tenang dan menatap dengan sorot mata menantang.
“Ehh…” Keiko jadi bingung dan salah
tingkah dengan pertanyaan Ryu dan cara bicaranya yang seakan mereka sudah kenal
lama.
“Hmfh….bukan …. urusan saya…” Keiko
mengedikkan bahu dengan kepala menggeleng, dia merasa aneh dengan sikapnya
sendiri yang tidak sesuai dengan maksudnya kembali menemui siswa yang sudah
merusak hari indahnya dan amarahnya yang menguap entah kemana dan tanpa sadar
dirinya sudah beberapa langkah meninggalkan Ryu.
Setelah pikiran normalnya kembali, Keiko
menghentikan langkah dan berbalik menghadapi Ryu.
Ryu yang sudah bisa menenangkan diri &
bersiap menghadapi ledakan gadis didepannya bengong melihat perubahan sikap
Keiko yang awalnya bersemangat hendak menjagalnya menjadi gadis yang seakan
lupa dengan dirinya sendiri. Ia meraba saku celananya dan mendapati benda
tersebut tersimpan rapi di sana tanpa menyadari Keiko berada satu langkah
didepannya.
“Ehh…!” Ryu mengurungkan ayunan kakinya
yang hampir menubruk Keiko.
“Apa…?!” Ryu kembali di buat bingung oleh
gadis dihadapannya yang kembali seperti semula ibarat singa siap menerkam
mangsa.
Keiko menyodorkan selebaran dengan tangan
kanannya sementara tangan kiri masih memegang kamera. Raut mukanya tidak enak
di pandang karena matanya melotot seperti hendak meloncat ke luar dan bibir
mengerucut ke depan.
Ryu hampir saja meledakkan tawa melihat
wajah Keiko yang menurutnya lucu tapi cepat ditutupnya mulut dengan satu tangan
yang mengepit bola hingga bola terjatuh karena tangan yang lain sedang menerima
selebaran. Ryu berusaha menyamarkan tawanya dengan batuk-batuk kecil karena ia
tahu Keiko sedang marah dan ia tidak mau menyulut amarah gadis didepannya lebih
besar.
Ryu memperhatikan dengan seksama selebaran
yang dipegangnya dan setelah dibacanya, ia mengalihkan pandangan dari selebaran
ke Keiko.
“Apa maksudnya ini …?”
“Apa kamu tidak bisa membacanya…?” Keiko
menatap Ryu dengan sorot mata membara.
“Yaish…kamuuu………hehh?” Ryu menarik nafas
panjang dan mengeluarkannya dengan sekali hentakan. Susah sekali bicara
dengan gadis ini, jika di tanya malah balik bertanya, dasar keras kepala.
“Hei…Kalau aku tidak bisa membaca tentu aku masih di TK bukan di SMA...kamu itu
ketua OSIS tapi kenapa otakmu di simpan di dengkul.” Tapi yang ke luar dari
mulutnya bukan itu.
“Yaa…jelas saja aku bisa dan aku sudah
membacanya…ini selebaran tentang lomba foto antar SMA…lalu apa maksudmu
memperlihatkan ini padaku..?” Ryu mengembalikan selebaran itu pada Keiko.
“Untuk menantang kamu.” Kata Keiko singkat
tanpa berkedip memandang Ryu.
“Menantang aku…ha..ha..ha.. apa aku tidak
salah dengar. Di situ jelas tertulis tiap sekolah hanya boleh mengirimkan satu
foto hasil karya muridnya. Aku yakin sekolah sudah menentukan foto hasil karya
siapa yang akan di ikut sertakan lomba. Jadi…untuk apa kau menantangku…?” Ryu
membuang muka ke samping.
“Tidak….kamu tidak salah dengar dan...kamu
juga benar, pihak sekolah sudah menentukan foto yang akan ikut lomba. Tetapi
sebagai ketua OSIS, saya bisa merubah keputusan tersebut…lagipula saya tidak
mau hasil karya saya yang diragukan oleh orang lain diikut sertakan lomba
sebelum saya membuktikan bahwa memang benar hasil karya saya layak untuk
dilombakan secara universal.”
Ryu terpana mendengar penuturan Keiko yang
berapi-api, dari awal ia memang sudah menduga gadis ini lain dari pada gadis
kebanyakan, semangat berusahanya dan tidak cepat puas dengan hasil karyanya
sebelum bisa membuktikan bahwa ia layak bangga dengan semua usahanya dan juga sportifitasnya
yang tinggi dalam meraih sesuatu, di samping itu ia gadis yang tidak pongah
dengan atribut ke pangkatan disekolahnya dan dengan hasil karyanya yang sudah membuatnya
populer di lingkungan sekolah.
“Bagaimana…kamu menerima tantangan ini…?” Keiko
akhirnya bertanya karena Ryu tidak juga merespon atau menjawab maksudnya, hanya
berdiam seperti patung.
“Hey…Ryu..!” Keiko meninju pelan bahu Ryu
yang masih mematung. Sebenarnya Keiko segan menyentuh lelaki dihadapannya tapi
ia sudah tidak punya banyak waktu lagi menunggu Ryu menapakkan kakinya ke bumi.
“Aaa…apa..?” Ryu tersentak merasakan
aliran listrik menjalar di bahu kirinya walau tinju Keiko pelan tapi itu cukup
membuat pikirannya terkumpul kembali.
Keiko mengibaskan selebaran di wajah Ryu
dengan tatapan penuh harap. Ryu tersenyum menyadari ia belum mengatakan apa pun
setelah Keiko menjelaskan kenapa menantangnya.
***********
Hari senin pada minggu berikutnya :
Keiko & Ryu mulai melakukan
pertarungannya dengan menjepret sana-sini tapi yang mengherankan mereka selalu
berada di tempat yang sama seperti masing-masing bisa membaca pikiran lawannya.
Seperti hari itu pada saat istirahat ke dua di ruang olah raga, ketika Keiko
mulai membidikkan kameranya tidak lama datang juga Ryu dan mulai memotret dua
orang yang sedang bermain tenis meja. Keiko merasa kesal dengan ulah Ryu yang
memotret objek yang sama dengannya. Ia mulai bergerak kesama-kemari mengambil
gambar dengan angel yang bagus begitu juga dengan Ryu dan hal ini membuat ke
dua siswa yang bermain menatap mereka dengan sorot mata tajam karena merasa
terganggu.
“Kalian main saja dan anggap tidak ada
apa-apa di sekitar kalian.” Kata Ryu menenangkan ke dua siswa tersebut.
“Iya, benar..kami hanya mengambil gambar
saja, jadi lanjutkan mainnya.” Keiko menimpali.
Akhirnya ke dua siswa tersebut bermain
kembali namun Ryu dan Keiko bersaing makin sengit di mana Ryu selalu memonopoli
objeknya sehingga Keiko kesulitan mengambil dalam angel yang bagus. Keiko tidak
hilang akal, ia mengeluarkan badge ketua OSISnya dan meletakkan di sudut meja
permainan kemudian menjulurkan lidah ke Ryu yang membuat Ryu mendengus kesal
karena Keiko menggunakan kekuasaannya untuk menguasai objek untuk dirinya
sendiri.
Keiko merasa menang dan memotret dengan
wajah cerah tapi ke dua siswa malah meletakkan bed (raket) tenis meja ke meja
dan berlalu dengan muka dongkol.
“Hei kalian mau kemana …?” Seru Keiko
Ke dua siswa tersebut berhenti dan menoleh
ke belakang dan salah satu siswa berkata “Kami tidak bisa konsentrasi main
kalau ada kalian.”
“Hah….” Keiko hanya bisa melongo melihat
ke dua siswa tersebut pergi ke luar ruangan sementara Ryu hanya senyum-senyum
masam.
“Makanya jangan sok berkuasa.” Kata Ryu
dengan senyum mengejek.
“Apa maksud kamu..?” Keiko seakan tidak
menyadari perbuatannya.
“Yaah…pura-pura tidak mengerti, kalau kau
tidak mengeluarkan ini…” Ryu mengambil badge Keiko dan melemparkannya kembali
ke meja dekat keiko berdiri. “…mungkin mereka masih bermain.”
“Kamu yang mulai, enak saja menyalahkan
saya, kalau kamu tidak bertingkah seperti tadi mana mungkin saya berbuat
seperti itu.” Keiko mengambil badgenya dan menyimpannya.
“Lagi pula kenapa kamu selalu mengambil
objek yang sama dengan saya, huh…sungguh menyebalkan.” Keiko memutar tubuhnya
dan beranjak pergi dengan raut muka di tekuk.
Ryu hanya senyam-senyum memperhatikan
tingkah Keiko yang menurutnya tambah lucu kalau dia marah.
Karena hari itu mereka lebih banyak
berselisih akibat mengambil objek yang sama akhirnya tak satupun dari
photo-photo tersebut yang bisa mereka ambil untuk di nilai.
******
Besoknya…
Keiko dengan bersenandung kecil melintasi
lantai atas gedung sekolah mereka menuju tempat yang senantiasa membuatnya
terpesona sembari memegang kamera. Dengan gesit dia meloncat ke ruang sebelah
dan begitu Keiko sampai di sana alangkah kagetnya dia mendapati lelaki jangkung
tersebut tersenyum padanya bersandar di tembok memandangi keindahan didepannya.
“Ba..gai...mana…bagaimana kamu bisa ada di
sini ?” Keiko berusaha menenangkan batinnya, entah kenapa lelaki ini membuatnya
selalu merasa salah tingkah dari pertama kali mereka bertemu.
Ryu hanya tersenyum lebar menanggapi
pertanyaan Keiko dan senyum itu seakan menusuk jantungnya karena dia baru
pertama kali ini melihat Ryu tersenyum seperti itu, senyum yang membuat orang yang
melihatnya bahagia. Keiko terpana seakan banyak kupu-kupu dan bunga sakura
beterbangan disekitarnya.
“Keiko….Keii.…Keiko.”
Keiko mendengar suara malaikat memanggil
namanya dengan merdu dan memperhatikan dirinya dengan seksama dengan raut muka
khawatir, tangannya meraba dahi Keiko. Keiko mengerjap-ngerjapkan matanya
ketika tangan itu menyentuh kulitnya seakan ada khalilintar yang menyambarnya
dan mengalirkan listrik ke seluruh tubuhnya sehingga sarafnya kembali bekerja.
“Haahh…” Desah Keiko pelan sembari
memegang dadanya dengan sebelah tangannya yang bebas berusaha menenangkan
deburan ombak yang bergemuruh didalamnya karena Ryu berada begitu dekat
dengannya. Keiko berusaha mengalihkan perhatian dengan mencengkeram kameranya lebih
erat dan menghindari Ryu dengan berjalan menjauh lalu berhenti mengahadap
tembok yang setinggi dadanya, matanya memandang kekejauhan didepannya. Suasana
di sekitar gedung ramai, karena gedung sekolah itu terletak di tempat strategis
yang tidak jauh dari pusat keramaian dan dibelakang sekolah ada sebuah bukit dan
hutan kecil yang masih asri dan masih termasuk areal sekolah.
Ryu mengikuti Keiko dengan tanda tanya
berkecamuk dikepalanya, ada apa dengan gadis ini ? batinnya. Ryu
akhirnya memutuskan menunggu Keiko tenang dan mengambil posisi di samping
Keiko, setelah dilihatnya wajah Keiko sudah ceria kembali baru ia bertanya.
“Kamu sudah baikkan ?”
“Ah..aku…?” Keiko bertanya menunjuk
kedirinya yang di sambut anggukan kepala oleh Ryu.
“Aku tidak apa-apa.” Keiko tersenyum
menoleh sekilas ke Ryu lalu kembali memandang kekekajauhan dan pura-pura sibuk mengatur
kameranya.
“Kamu yakin tidak apa-apa..?” Ryu masih
berusaha meyakinkan. “Aku khawatir melihatmu tadi karena waktu aku panggil kamu
tidak bergeming seperti shock atau …apa …” Ryu tidak melanjutkan kata-katanya
karena kejadian barusan tergambar jelas dikepalanya tapi yang aneh kenapa
pipi Keiko memerah pikirnya.
Pipi Keiko kembali memerah seperti udang
rebus mendengar kata-kata Ryu, berarti yang memanggilnya tadi bukan malaikat
melainkan… Oh tidak …!!! Jerit Keiko dalam hati.
Dengan susah payah Keiko menyembunyikan
wajahnya dan deburan ombak di dalam dadanya. Kenapa jadi begini.. batinnya.
Ia masih berpura-pura asik mencari sudut yang bagus dan tidak memperhatikan
pertanyaan Ryu yang bertentangan dengan isi hatinya.
“Keikoo…” Panggil Ryu lembut dan terdengar
seperti bisikan tapi Keiko mendengarnya sejernih air sungai yang mengalir
tenang di tengah kebisingan bawah gedung.
Keiko melihat sekilas ke arah Ryu tapi
walaupun hanya sekilas dan tertutup dengan lengan dan kameranya tapi Ryu sempat
melihat pipi Keiko bersemu merah seperti tadi yang membuatnya semakin
penasaran.
“Keiii..!” Ulang Ryu agak keras dan ini
berhasil mengalihkan perhatian Keiko dari kegiatannya. Ryu tersenyum melihat
Keiko menatapnya dan senyum itu seakan tidak mau menghilang terus terukir di
wajahnya… Oh Tiiidaaaak, jangan tersenyum seperti itu. rutuk Keiko dalam
hati, membuat Keiko semakin serba salah tapi bukan Keiko jika tidak bisa
menampilkan wajah dingin dan tenang.
“Bisa tidak anda menghentikan pembicaraan
ini, saya sudah katakan SAYA BAIK-BAIK SAJA...” Keiko meninggikan suaranya
seakan lagi kesel dan marah dengan bicara formal untuk menutupi kegalauan
perasaannya. “Jadi anda tidak perlu lagi mempertanyakan hal yang sudah jelas.
Saya ke sini mau mengambil gambar yang bagus bukan untuk mendengar kepedulian
anda atau …” Keiko mengangguk-anggukan kepala menatap Ryu dengan sorot mata
marah. “… anda sengaja bersikap seperti ini untuk mengecoh saya sehingga saya
tidak memperoleh gambar yang bagus.”
Ryu terperanjat mendapat sambutan yang
jauh dari menyenangkan dari Keiko, bagaimana gadis ini bisa berubah secepat
itu, pikirnya. Ryu tidak ada niat untuk mempermainkan atau apapun, dia
tulus peduli dan khawatir tapi Keiko malah beranggapan lain.
“Aish…aku tidak ada maksud…” Ryu
menghentikan kalimatnya mendapat tatapan melotot dari Keiko, sepertinya percuma
menjelaskannya.
“Ok…terserah apa anggapanmu tapi harus
kamu ingat aku tidak seperti itu.” Kata Ryu
Keiko membuang muka dan Ryu membalikkan
badannya kesel lalu beranjak ke pojok mengambil tas yang diletakkannya di sana.
Mereka berdua diam cukup lama dan
masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri menatap ke langit biru yang
cerah.
Wajah ke dua remaja itu tiba-tiba bersinar
cerah dan menoleh ke arah lawannya sambil berkata :
“Bagaimana kalau..” secara bersamaan,
kemudian keduanya tersenyum.
“Silahkan … lady first.” Ryu
mempersilahkan Keiko
“Bagaimana kalau kita berlomba dengan tema
yang sama yaitu matahari terbenam … ?” Tanya Keiko
“Apa kamu bisa membaca pikiranku..” Sahut
Ryu dengan senyum kecil seakan berbisik.
“Apa…?” Keiko ingin memperjelas.
“Ehm..tidak…Aku juga berpikiran yang sama
denganmu tapi di mana..?” Ryu melihat ke bawah dan kesekitarnya.
Keiko hanya tersenyum dan tidak menjawab,
ia melirik arlojinya lalu beranjak pergi meninggalkan Ryu sendiri.
Ryu menyadari Keiko sudah tidak ada
ditempatnya buru-buru pergi.
( - ^
- )
yeahhh di post dimari juga rupanya ^^ sekalian Eonn yg LOST IN THE SEA juga ama BAG SCANDAL,hehehe
BalasHapusayo lanjutannya mana??? Ryu ama Keiko buruan cinta2annya,heheh
Iya arian di post di mari juga, coba-coba ngeblog hehehe...
HapusEntar deh post di sini LITS & BS nya
Makasih sudah mampir di mari..