Jumat, 13 Januari 2012

Home » HAPPILY EVER AFTER ~ Part 1

HAPPILY EVER AFTER ~ Part 1


Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau. Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita. (Kahlil Gibran)


Pagi 07.13
Suasana pagi hari itu riuh dengan suara siswa-siswi yang bercerita dan bersenda gurau, ada yang lagi sedih & juga ada yang lagi bahagia menunggu bel tanda masuk berbunyi dengan berdiri di lorong-lorong antara ruang kelas, di halaman, di teras maupun di dalam ruang kelas.
Begitu bel berbunyi, lorong-lorong, halaman dan teras langsung sepi hanya beberapa siswa yang lari terburu-buru menuju ke kelasnya masing-masing.


09.15 bel berdentang menandakan istirahat berbunyi, lorong-lorong yang sepi menjadi ramai lagi dengan siswa-siswi. Beberapa siswa & siswi berjalan menuju sebuah ruangan yang berada di lantai 3 gedung sekolah itu. Ruangan itu hanya berukuran 3x4m2 di dalam ruang itu bergantungan photo-photo yang beraneka ragam, ruangan itu terbagi 2 yang disekat seadanya namun ruang dibagian dalam itu gelap hanya cahaya merah redup yang menerangi, perabot di dalam ruang itu hanya meja sepanjang dinding belakang yang di atasnya terdapat beberapa wadah persegi panjang yang berisi cairan dan dindingnya terdapat photo-photo yang dijepit dengan penjepit di seutas tali yang terbentang sepanjang dinding.
2 orang siswi & seorang siswa itu begitu masuk ke dalam ruangan tersebut langsung sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai bel masuk berbunyi.


11.45 seorang siswi keluar kelas dengan terburu-buru diantara siswa-siswi yang bergerombol di pintu kelas. Di belakang siswi tersebut seorang siswa berkacamata dengan tubuhnya yang tinggi dan wajah yang tidak bisa dikatakan jelek memanggil namanya sembari berjalan mengikuti.

”Kei....kei.....keiko !”

Siswi yang bernama Keiko itu pura-pura tidak mendengar dan terus saja berjalan dengan cepat, ia selalu menghindar jika Kotaro mengajaknya makan siang, jalan-jalan berdua atau nonton. Keiko sudah curiga kalau Kotaro akan mengajaknya ke kantin karena tadi tanpa sengaja ia mendengar si Emi mengajak Kotaro tapi Kotaro menolaknya dengan alasan sudah ada janji dengan seseorang dan Keiko tahu pasti kalau seseorang itu adalah dirinya.

Di ujung lorong Keiko berbelok ke kiri bermaksud menuju tangga ~ sekolah itu berbentuk U dan di ujung lorong di antara dua sisi ada tangga ~ tetapi karena tidak memperhatikan jalan ia menabrak sesuatu bukan sesuatu tepatnya seseorang dan tanpa disadarinya ada yang terjatuh. Dengan cepat ia berdiri tanpa melihat siapa yang ditabraknya dan sebelum melangkah ia hanya berucap.. ”Maaf saya sedang terburu-buru”
Kemudian Keiko berlalu menuju tangga dan naik ke atas tanpa menoleh lagi. Orang yang ditabraknya atau menabraknya hanya melongo melihat tingkah Keiko tapi belum sempat ia berucap sepatah katapun Keiko sudah menghilang di anak tangga paling atas.
Ketika melangkah ia melihat sesuatu di sudut anak tangga yang berkilauan terkena cahaya matahari. Dipungutnya benda itu dan ketika diperhatikannya dengan seksama ia tersenyum dengan pancaran mata penuh arti.


Keiko menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan dirinya, jantungnya berdetak cepat tapi lama kelamaan detaknya mulai teratur kembali. Setelah tenaganya pulih mata Keiko menyapu atap gedung sekolah, tidak ada siapa-siapa di situ, kadang-kadang ada siswa yang bersembunyi untuk merokok di situ supaya tidak ketahuan guru namun seiring waktu berjalan dengan banyaknya siswa-siswi yang suka bersembunyi di atas gedung maka pihak sekolah melarang siapapun & memberi sanksi bagi yang kedapatan melakukan hal-hal yang di larang pihak sekolah di atas gedung itu. Keiko melangkah mendekati tembok yang tingginya satu meter di samping ruangan yang satu-satunya ada di situ. Ia meletakkan kameranya hati-hati di atas tembok kemudian memanjat tembok tersebut, begitu sudah sampai di tempat yang di tuju ia tersenyum bahagia. Walaupun sinar matahari terasa terik di kulitnya tapi melihat pemandangan berbagai macam bunga dan tumbuhan dalam pot yang berjejer rapi dan terawat yang ada di atas atap itu membuatnya melupakan segalanya.
Setelah puas menikmati keindahannya, Keiko mulai mengabadikannya. Walaupun sudah beberapa kali ia ke sana dan selalu memotretnya, ia merasa tidak pernah puas untuk mengabadikannya.

( - ^ - )

Di laboratorium Photography

Kotaro memperhatikan Keiko dengan ujung matanya, gadis itu masih asik mengutak-atik kamera dan menghubungkannya dengan computer satu-satunya yang ada di ruang itu lalu sibuk mengklik mouse dan menggeser-geser cursor di layar monitor tanpa menyadari sepasang mata memperhatikannya dari dia masuk ke ruangan itu.

Keiko gadis yang manis dan cantik walau tidak secantik bintang film tapi ada sesuatu yang membuat lelaki yang memandangnya ingin memilikinya dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi bahkan bisa dikatakan mungil, kulitnya putih mulus dan rambut pendek.

Keiko gadis yang periang tetapi selalu menutup diri dengan lelaki yang berusaha mendekatinya untuk dijdikan pacar, banyak siswa yang mundur jika berhadapan dengan Keiko, walaupun kelihatannya ia orang yang pendiam tapi ia disegani oleh siswa-siswi di SMA itu bukan karena dia ketua OSIS tapi karena memang karakternya yang akan melakukan apapun untuk menegakkan kebenaran sampai tuntas dan apa yang menurutnya benar.  

Kotaro sudah dari pertama kali bertemu dengan Keiko langsung jatuh cinta, ia berusaha dekat dengan Keiko untuk menyatakan perasaannya namun ia tidak punya nyali setelah beberapa lama mengenal Keiko di samping sikap Keiko yang selalu menghindar jika pembicaraan menjurus ke hal pribadi. Sudah 3 tahun mereka berteman dan melakukan ekstrakurikuler yang sama yaitu photography tapi sedikitpun Keiko tidak pernah menampakkan perubahan sikap kepada Kotaro.

Seperti hari ini, Kotaro berencana mengajaknya makan di kantin waktu istirtahat pertama tapi Keiko langsung menghilang entah kemana, dia sudah berusaha tidak terlalu kentara menunjukkan perasaannya yang sebenarnya tetap saja Keiko menghindarinya dan terpaksa dia menerima ajakan Emi yang jelas berusaha menggaetnya.

******

Dua minggu kemudian…

13.30 Pelajaran terakhir sudah selesai dan semua kelas sudah sepi hanya beberapa siswa-siswi yang masih berkeliaran di lorong sekolah menuju ruang serbaguna di mana sudah banyak siswa-siswi yang berada dalam ruang itu dan beberapa guru. Hari ini pembukaan acara dalam rangka ulang tahun sekolah mereka yang tiap tahun diadakan.

Panitia mempersilahkan semua siswa-siswi, guru & tamu untuk menempati tempat duduk karena acara sudah akan dimulai. Semua orang segera bergerak sesuai intruksi dan suasana mulai hening begitu pembawa acara mulai membuka acara.

Setelah semua sambutan dan diselingi acara hiburan yang di isi oleh semua siswa-siswi dengan berbagai macam kegiatan mulai dari tarian, nyanyian dan band serta drama yang disambut meriah oleh penonton, kemudian acara di akhiri dengan pengumuman pemenang photography dengan tema kegiatan sekolah selama setahun terakhir.

Kotaro sebagai ketua panitia lomba photography mengumumkan nama-nama pemenang dan meminta para pemenang naik ke panggung untuk menerima hadiah.

Sementara selama acara Keiko sibuk membidikkan kamera nikonnya untuk mengabadikan momen-momen yang penting, bergerak ke sana ke mari mencari posisi yang bagus sehingga ia tidak begitu memperhatikan langkah dan menyenggol seorang siswa yang duduk di pojok dan menjatuhkan kertas milik siswa tersebut. Keiko berjongkok memungut kertas dan terdiam sejenak memegang kertas berukuran postcard yang terasa aneh menurutnya dan Keiko tersentak ketika mendengar celetukan or tepatnya sindiran “Photo begitu kok bisa menang sih, aku bisa melakukan lebih bagus dari itu” Keiko yang sudah tegak berdiri mendongakkan kepala ke arah panggung yang menampilkan photo pemenang pertama lomba photography dan sontak wajahnya membeku dan kemudian bibirnya mengerucut ke depan dengan wajah masam. Keiko menoleh ke arah suara dan melihat wajah siswa yang tersenyum dan sorot mata menantang. Siswa tersebut membuka sebelah telapak tangannya dan mengarahkan pandangan ke tangan Keiko yang memegang kertas, amarah Keiko sudah membuncah minta dikeluarkan melihat tingkah siswa tersebut, mulutnya sudah terbuka Kamuu….”  Tapi belum sempat kata-katanya keluar semua terdengar panggilan dari Kotaro dan wajah-wajah yang menatapnya dengan pandangan bertanya. Keiko mengalihkan pandangan dari orang-orang yang menatapnya ke siswa disampingnya dan ke Kotaro. Kotaro memberi isyarat untuk secepatnya naik ke panggung karena pemenang yang lain sudah menunggu.

Akhirnya Keiko dengan mendesah berat “Hhhhh…” beranjak ke panggung setelah melihat sekilas ke siswa yang masih nyengir penuh kemenangan yang di balas Keiko dengan senyum mengejek dan mengibaskan kertas yang dipegangnya dan memasukkan ke kantong seragamnya. Siswa tersebut terkejut dengan reaksi Keiko dan hanya bisa tersenyum kecut menatap punggung Keiko yang semakin menjauh.

( - ^ - )

17.00 Acara sudah selesai dari tadi hanya tinggal beberapa siswa-siswi yang masih membenahi peralatan termasuk Keiko. Setelah semua beres, Keiko meminta teman-temannya pulang duluan sementara dia mengantar kunci ruang serbaguna ke penjaga sekolah.

Keiko berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah dengan bersenandung sembari memotret jika ada yang dianggapnya menarik, Keiko berhenti melangkah karena ada sebuah bola menggelinding melewatinya. Keiko mengarahkan pandangan ke arah datangnya bola basket tersebut, ada beberapa siswa yang sedang bermain basket masih menggunakan seragam yang kancing kemejanya sudah terbuka sebagian menampakkan setengah bagian tubuh atas mereka yang penuh butiran keringat berkilauan tertimpa sinar matahari sore.

Seorang siswa berjalan kearahnya, Keiko tidak bisa melihat jelas wajah siswa itu karena terhalang cahaya matahari, siswa itu cukup tinggi malah lebih tinggi dari rata-rata siswa. Keiko melindungi pandangannya dengan sebelah tangan & kelopak matanya otomatis mengecil untuk melihat dengan jelas siswa tersebut tetapi usahanya sia-sia namun Keiko seperti tidak asing dengan postur badan siswa tersebut.

“Ada apa ?”

“Apaaa..?!”

“Aish…” Nih gadis kenapa sih di tanya kok balik bertanya

“Ada apa kamu melihatku seperti itu..? Apa kamu berpikir akan menjadikan tubuhku objek mu..?”
Siswa tersebut tersenyum dengan sorot mata jahil melihat ke arah kamera di tangan Keiko dan tubuhnya yang berdiri 2 langkah didepannya.

 “APAAA!!” Keiko menyadari arti pandangan lelaki dihadapannya menjadi kesel.
“Eh, jangan kepedean ya, siapa sudi menjadikan situ sebagai objek…lebih bagus bola yang ada di situ daripada tubuhmu.” Mulut Keiko mengarah ke bola yang sudah berhenti beberapa langkah dibelakangnya dan langsung menjepretnya. Kemudian dia melangkah pergi tapi sebelumnya menoleh ke arah siswa yang ada didepannya memiringkan bibirnya dan mengeluarkan lidahnya.

Siswa tersebut hanya bisa tersenyum kecut dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat tingkah gadis yang sudah menjauhinya dan melanjutkan maksudnya semula.

Setelah mengambil bola, siswa tersebut yang tidak lain adalah Ryuzoma, siswa pindahan dari Tokyo yang sudah 1 bulan bersekolah di sana. Ia terpaksa pindah ke SMA Kyoto karean ibunya menikah lagi dengan seorang pria yang punya bisnis di Kyoto setelah 10 tahun ditinggal pergi selamanya oleh ayahnya.
Awalnya ia tidak begitu suka dengan sekolah tersebut dan selalu membanding-bandingkan dengan sekolahnya dulu tapi lambat laun ia mulai bisa menerima kepindahannya dan dua minggu terkahir ini malah bersemangat sekolah dan tidak ingin terlambat pergi sekolah atau ketinggalan setiap acara yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Penyebabnya adalah dua minggu yang lalu ia bertemu dengan siswi yang banyak diceritakan teman-temannya tapi belum pernah bertatap muka langsung hanya pernah melihatnya sekilas dari jauh karena kelas mereka berbeda, namun setelah ia bertemu langsung dengan cara yang tidak di duga, bayangan gadis itu selalu menghiasi malamnya.

Ryu merogoh saku celananya dan mengeluarkan leontin berbentuk hati, dipandanginya leontin tersebut dengan lembut, kepalanya dipenuh dengan kejadian dua minggu lalu.

Beberapa lama Ryu masih berdiri terpaku dengan bola terjepit di pinggang di tahan lengan kirinya dan di telapak lengan kanannya masih memegang leontin, teriakan teman-temannya dihiraukannya, sampai sebuah suara membuyarkan lamunannya “Hey Ryu…” dan ia tersentak dan buru-buru menjejalkan leontin ke saku celana.

ARTKEL TERKAIT



Posting Komentar