Aku
mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau.
Aku tahu ini adalah takdir. Kita
akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita. (Kahlil Gibran)
Pagi 07.13
Suasana pagi hari itu riuh dengan suara
siswa-siswi yang bercerita dan bersenda gurau, ada yang lagi sedih & juga
ada yang lagi bahagia menunggu bel tanda masuk berbunyi dengan berdiri di
lorong-lorong antara ruang kelas, di halaman, di teras maupun di dalam ruang
kelas.
Begitu bel berbunyi, lorong-lorong,
halaman dan teras langsung sepi hanya beberapa siswa yang lari terburu-buru
menuju ke kelasnya masing-masing.
09.15 bel berdentang menandakan istirahat
berbunyi, lorong-lorong yang sepi menjadi ramai lagi dengan siswa-siswi. Beberapa
siswa & siswi berjalan menuju sebuah ruangan yang berada di lantai 3 gedung
sekolah itu. Ruangan itu hanya berukuran 3x4m2 di dalam ruang itu bergantungan
photo-photo yang beraneka ragam, ruangan itu terbagi 2 yang disekat seadanya
namun ruang dibagian dalam itu gelap hanya cahaya merah redup yang menerangi,
perabot di dalam ruang itu hanya meja sepanjang dinding belakang yang di
atasnya terdapat beberapa wadah persegi panjang yang berisi cairan dan
dindingnya terdapat photo-photo yang dijepit dengan penjepit di seutas tali
yang terbentang sepanjang dinding.
2 orang siswi & seorang siswa itu
begitu masuk ke dalam ruangan tersebut langsung sibuk dengan kegiatan
masing-masing sampai bel masuk berbunyi.
11.45 seorang siswi keluar kelas dengan
terburu-buru diantara siswa-siswi yang bergerombol di pintu kelas. Di belakang
siswi tersebut seorang siswa berkacamata dengan tubuhnya yang tinggi dan wajah
yang tidak bisa dikatakan jelek memanggil namanya sembari berjalan mengikuti.
”Kei....kei.....keiko !”
Siswi yang bernama Keiko itu pura-pura
tidak mendengar dan terus saja berjalan dengan cepat, ia selalu menghindar jika
Kotaro mengajaknya makan siang, jalan-jalan berdua atau nonton. Keiko sudah
curiga kalau Kotaro akan mengajaknya ke kantin karena tadi tanpa sengaja ia
mendengar si Emi mengajak Kotaro tapi Kotaro menolaknya dengan alasan sudah ada
janji dengan seseorang dan Keiko tahu pasti kalau seseorang itu adalah dirinya.
Di ujung lorong Keiko berbelok ke kiri
bermaksud menuju tangga ~ sekolah itu berbentuk U dan di ujung lorong di antara
dua sisi ada tangga ~ tetapi karena tidak memperhatikan jalan ia menabrak
sesuatu bukan sesuatu tepatnya seseorang dan tanpa disadarinya ada yang
terjatuh. Dengan cepat ia berdiri tanpa melihat siapa yang ditabraknya dan
sebelum melangkah ia hanya berucap.. ”Maaf saya sedang terburu-buru”
Kemudian Keiko berlalu menuju tangga dan
naik ke atas tanpa menoleh lagi. Orang yang ditabraknya atau menabraknya hanya
melongo melihat tingkah Keiko tapi belum sempat ia berucap sepatah katapun
Keiko sudah menghilang di anak tangga paling atas.
Ketika melangkah ia melihat sesuatu di
sudut anak tangga yang berkilauan terkena cahaya matahari. Dipungutnya benda
itu dan ketika diperhatikannya dengan seksama ia tersenyum dengan pancaran mata
penuh arti.
Keiko menarik nafas panjang dan berusaha
menenangkan dirinya, jantungnya berdetak cepat tapi lama kelamaan detaknya
mulai teratur kembali. Setelah tenaganya pulih mata Keiko menyapu atap gedung
sekolah, tidak ada siapa-siapa di situ, kadang-kadang ada siswa yang
bersembunyi untuk merokok di situ supaya tidak ketahuan guru namun seiring
waktu berjalan dengan banyaknya siswa-siswi yang suka bersembunyi di atas
gedung maka pihak sekolah melarang siapapun & memberi sanksi bagi yang
kedapatan melakukan hal-hal yang di larang pihak sekolah di atas gedung itu.
Keiko melangkah mendekati tembok yang tingginya satu meter di samping ruangan
yang satu-satunya ada di situ. Ia meletakkan kameranya hati-hati di atas tembok
kemudian memanjat tembok tersebut, begitu sudah sampai di tempat yang di tuju
ia tersenyum bahagia. Walaupun sinar matahari terasa terik di kulitnya tapi
melihat pemandangan berbagai macam bunga dan tumbuhan dalam pot yang berjejer
rapi dan terawat yang ada di atas atap itu membuatnya melupakan segalanya.
Setelah puas menikmati keindahannya, Keiko
mulai mengabadikannya. Walaupun sudah beberapa kali ia ke sana dan selalu
memotretnya, ia merasa tidak pernah puas untuk mengabadikannya.
( - ^ - )
Di laboratorium Photography
Kotaro memperhatikan Keiko dengan ujung
matanya, gadis itu masih asik mengutak-atik kamera dan menghubungkannya dengan
computer satu-satunya yang ada di ruang itu lalu sibuk mengklik mouse dan
menggeser-geser cursor di layar monitor tanpa menyadari sepasang mata
memperhatikannya dari dia masuk ke ruangan itu.
Keiko gadis yang manis dan cantik walau tidak secantik bintang film
tapi ada sesuatu yang membuat lelaki yang memandangnya ingin memilikinya dengan
tubuh yang tidak terlalu tinggi bahkan bisa dikatakan mungil, kulitnya putih
mulus dan rambut pendek.
Keiko gadis yang periang tetapi selalu menutup diri dengan lelaki
yang berusaha mendekatinya untuk dijdikan pacar, banyak siswa yang mundur jika
berhadapan dengan Keiko, walaupun kelihatannya ia orang yang pendiam tapi ia
disegani oleh siswa-siswi di SMA itu bukan karena dia ketua OSIS tapi karena
memang karakternya yang akan melakukan apapun untuk menegakkan kebenaran sampai
tuntas dan apa yang menurutnya benar.
Kotaro sudah dari pertama kali bertemu dengan Keiko langsung jatuh
cinta, ia berusaha dekat dengan Keiko untuk menyatakan perasaannya namun ia
tidak punya nyali setelah beberapa lama mengenal Keiko di samping sikap Keiko
yang selalu menghindar jika pembicaraan menjurus ke hal pribadi. Sudah 3 tahun
mereka berteman dan melakukan ekstrakurikuler yang sama yaitu photography tapi
sedikitpun Keiko tidak pernah menampakkan perubahan sikap kepada Kotaro.
Seperti hari ini, Kotaro berencana mengajaknya makan di kantin waktu
istirtahat pertama tapi Keiko langsung menghilang entah kemana, dia sudah
berusaha tidak terlalu kentara menunjukkan perasaannya yang sebenarnya tetap
saja Keiko menghindarinya dan terpaksa dia menerima ajakan Emi yang jelas
berusaha menggaetnya.
******
Dua minggu kemudian…
13.30 Pelajaran terakhir sudah selesai dan
semua kelas sudah sepi hanya beberapa siswa-siswi yang masih berkeliaran di lorong
sekolah menuju ruang serbaguna di mana sudah banyak siswa-siswi yang berada
dalam ruang itu dan beberapa guru. Hari ini pembukaan acara dalam rangka ulang
tahun sekolah mereka yang tiap tahun diadakan.
Panitia mempersilahkan semua siswa-siswi,
guru & tamu untuk menempati tempat duduk karena acara sudah akan dimulai.
Semua orang segera bergerak sesuai intruksi dan suasana mulai hening begitu
pembawa acara mulai membuka acara.
Setelah semua sambutan dan diselingi acara
hiburan yang di isi oleh semua siswa-siswi dengan berbagai macam kegiatan mulai
dari tarian, nyanyian dan band serta drama yang disambut meriah oleh penonton,
kemudian acara di akhiri dengan pengumuman pemenang photography dengan tema
kegiatan sekolah selama setahun terakhir.
Kotaro sebagai ketua panitia lomba
photography mengumumkan nama-nama pemenang dan meminta para pemenang naik ke
panggung untuk menerima hadiah.
Sementara selama acara Keiko sibuk
membidikkan kamera nikonnya untuk mengabadikan momen-momen yang penting,
bergerak ke sana ke mari mencari posisi yang bagus sehingga ia tidak begitu
memperhatikan langkah dan menyenggol seorang siswa yang duduk di pojok dan
menjatuhkan kertas milik siswa tersebut. Keiko berjongkok memungut kertas dan terdiam sejenak
memegang kertas berukuran postcard yang terasa aneh menurutnya dan Keiko
tersentak ketika mendengar celetukan or tepatnya sindiran “Photo begitu kok
bisa menang sih, aku bisa melakukan lebih bagus dari itu” Keiko yang sudah
tegak berdiri mendongakkan kepala ke arah panggung yang menampilkan photo
pemenang pertama lomba photography dan sontak wajahnya membeku dan kemudian
bibirnya mengerucut ke depan dengan wajah masam. Keiko menoleh ke arah suara
dan melihat wajah siswa yang tersenyum dan sorot mata menantang. Siswa tersebut
membuka sebelah telapak tangannya dan mengarahkan pandangan ke tangan Keiko
yang memegang kertas, amarah Keiko sudah membuncah minta dikeluarkan melihat
tingkah siswa tersebut, mulutnya sudah terbuka “Kamuu….” Tapi belum sempat kata-katanya keluar semua terdengar
panggilan dari Kotaro dan wajah-wajah yang menatapnya dengan pandangan
bertanya. Keiko mengalihkan pandangan dari orang-orang yang menatapnya ke siswa
disampingnya dan ke Kotaro. Kotaro memberi isyarat untuk secepatnya naik ke
panggung karena pemenang yang lain sudah menunggu.
Akhirnya Keiko dengan mendesah berat “Hhhhh…”
beranjak ke panggung setelah melihat sekilas ke siswa yang masih nyengir penuh
kemenangan yang di balas Keiko dengan senyum mengejek dan mengibaskan kertas
yang dipegangnya dan memasukkan ke kantong seragamnya. Siswa tersebut terkejut
dengan reaksi Keiko dan hanya bisa tersenyum kecut menatap punggung Keiko yang
semakin menjauh.
( - ^ - )
17.00 Acara sudah selesai dari tadi hanya
tinggal beberapa siswa-siswi yang masih membenahi peralatan termasuk Keiko.
Setelah semua beres, Keiko meminta teman-temannya pulang duluan sementara dia
mengantar kunci ruang serbaguna ke penjaga sekolah.
Keiko berjalan menyusuri lorong-lorong
sekolah dengan bersenandung sembari memotret jika ada yang dianggapnya menarik,
Keiko berhenti melangkah karena ada sebuah bola menggelinding melewatinya.
Keiko mengarahkan pandangan ke arah datangnya bola basket tersebut, ada
beberapa siswa yang sedang bermain basket masih menggunakan seragam yang
kancing kemejanya sudah terbuka sebagian menampakkan setengah bagian tubuh atas
mereka yang penuh butiran keringat berkilauan tertimpa sinar matahari sore.
Seorang siswa berjalan kearahnya, Keiko
tidak bisa melihat jelas wajah siswa itu karena terhalang cahaya matahari, siswa
itu cukup tinggi malah lebih tinggi dari rata-rata siswa. Keiko melindungi
pandangannya dengan sebelah tangan & kelopak matanya otomatis mengecil
untuk melihat dengan jelas siswa tersebut tetapi usahanya sia-sia namun Keiko
seperti tidak asing dengan postur badan siswa tersebut.
“Ada apa ?”
“Apaaa..?!”
“Aish…” Nih gadis kenapa sih di tanya
kok balik bertanya
“Ada apa kamu melihatku seperti itu..? Apa
kamu berpikir akan menjadikan tubuhku objek mu..?”
Siswa tersebut tersenyum dengan sorot mata
jahil melihat ke arah kamera di tangan Keiko dan tubuhnya yang berdiri 2
langkah didepannya.
“APAAA!!”
Keiko menyadari arti pandangan lelaki dihadapannya menjadi kesel.
“Eh, jangan kepedean ya, siapa sudi
menjadikan situ sebagai objek…lebih bagus bola yang ada di situ daripada
tubuhmu.” Mulut Keiko mengarah ke bola yang sudah berhenti beberapa langkah
dibelakangnya dan langsung menjepretnya. Kemudian dia melangkah pergi tapi
sebelumnya menoleh ke arah siswa yang ada didepannya memiringkan bibirnya dan
mengeluarkan lidahnya.
Siswa tersebut hanya bisa tersenyum kecut
dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat tingkah gadis yang sudah
menjauhinya dan melanjutkan maksudnya semula.
Setelah mengambil bola, siswa tersebut yang tidak lain adalah
Ryuzoma, siswa pindahan dari Tokyo yang sudah 1 bulan bersekolah di sana. Ia terpaksa pindah ke SMA Kyoto karean ibunya menikah lagi dengan
seorang pria yang punya bisnis di Kyoto setelah 10 tahun ditinggal pergi
selamanya oleh ayahnya.
Awalnya ia tidak begitu suka dengan
sekolah tersebut dan selalu membanding-bandingkan dengan sekolahnya dulu tapi
lambat laun ia mulai bisa menerima kepindahannya dan dua minggu terkahir ini
malah bersemangat sekolah dan tidak ingin terlambat pergi sekolah atau
ketinggalan setiap acara yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Penyebabnya
adalah dua minggu yang lalu ia bertemu dengan siswi yang banyak diceritakan
teman-temannya tapi belum pernah bertatap muka langsung hanya pernah melihatnya
sekilas dari jauh karena kelas mereka berbeda, namun setelah ia bertemu
langsung dengan cara yang tidak di duga, bayangan gadis itu selalu menghiasi
malamnya.
Ryu merogoh saku celananya dan
mengeluarkan leontin berbentuk hati, dipandanginya leontin tersebut dengan
lembut, kepalanya dipenuh dengan kejadian dua minggu lalu.
Beberapa lama Ryu masih berdiri terpaku
dengan bola terjepit di pinggang di tahan lengan kirinya dan di telapak lengan
kanannya masih memegang leontin, teriakan teman-temannya dihiraukannya, sampai
sebuah suara membuyarkan lamunannya “Hey Ryu…” dan ia tersentak dan buru-buru
menjejalkan leontin ke saku celana.
Posting Komentar