Senin, 20 Februari 2012

HAPPILY EVER AFTER ~ Part 3

Sore harinya ….

Keiko sudah berada di bukit belakang sekolah, ia menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa hanya dia yang ada di sana. Setelah yakin tidak ada seorangpun senyumnya pecah dengan penuh kemenangan namun hal itu tidak berlangsung lama karena tanpa disadarinya sudah ada sesorang disampingnya yang datang dari arah hutan kecil di belekang mereka.

“Yaish…kenapa kamu bisa ada di sini..?” Tanya Keiko dengan mendengus kesal.

“Menurutmu apa..?” Tanya Ryu balik sepertinya ia sudah ketularan Keiko di tanya malah balik bertanya.

Keiko hanya menatap Ryu dengan wajah cemberut, ia merasa dongkol dengan Ryu dan juga dengan dirinya sendiri. Alasannya lelaki itu bisa ada di sana dan pastinya sudah lebih dulu dari dia di lihat dari mana datangnya. Di samping itu kesal dengan dirinya yang tidak waspada dengan tindakan yang akan diambil Ryu.

Ryu pura-pura tidak memperhatikan Keiko dan asyik mengeluarkan perlengkapan kameranya dari tas. Ia membuka tripod dan menancapkannya di tanah kemudian memasang kamera diatasnya. Sementara itu Keiko tersadar kalau ia sudah ketinggalan jauh dari Ryu karena Ryu sudah siap menggunakan kameranya sedangkan ia dari tadi malah merutuki diri.

Keiko tidak mau kalah dari Ryu dengan mengeluarkan semua perlengkapan kameranya dari dalam tas. Kadang-kadang ia melirik Ryu dan meleletkan lidahnya mengejek sedangkan Ryu hanya senyum-senyum kecil menyaksikan sikap Keiko yang kekanak-kanakan. Setelah semua siap dan matahari sebentar lagi tenggelam tiba-tiba hujan turun dengan deras padahal cuaca sangat cerah dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan.

Ke dua orang itu buru-buru mengangkat kamera dan perlengkapannya tanpa sempat membereskan dan menutupinya dengan mantel yang mereka bawa, karena cuaca sangat cerah dan perkiraan cuaca dari berita di tv dan radio bagus jadi mereka tidak membawa payung ataupun jas hujan.

<<<>>>

Besok sorenya Keiko datang lebih cepat dari kemaren untuk mendului Ryu karena ia tidak mau datang belakangan. Tapi rupanya kali ini keiko harus gigit jari karena Ryu sudah ada di sana dan dengan senyum manisnya menyambut Keiko yang di balas dengan dengusan dan muka cemberut. Ryu hanya mendengkikkan bahu melihat tingkah Keiko dan tidak memperdulikannya.

Setelah menunggu beberapa lama, matahari yang akan tenggelam malah tertutup awan. Keiko yang sudah lama berdiri mulai lelah dan mengganti posisi berdiri dengan bertumpu pada satu kaki, ia merasa bodoh ketika melirik Ryu yang tidak terlihat capek karena duduk di sebuah kursi. Ia merutuki dirinya dengan bibir bawah di lipat ke atas, karena kalah dari Ryu dalam mempersiapkan semuanya. Biasanya ia selalu mempersiapkan semua keperluan mendetail jika mau mengambil objek di suatu tempat tapi kenapa ia malah melupakan itu semua saat ini.

Ryu menggoda Keiko dengan sindiriran-sindiran halus yang di sambut dengan cibiran oleh Keiko. Ryu juga mengatakan nyamannya duduk di sebuah kursi dan menawarkan berbagi dengan Keiko tapi Keiko jual mahal dengan mengatakan bahwa seorang photography profesional harus siap fisik dalam kondisi apapun padahal dalam hati ia sungguh kesal dengan sikapnya.

Malam pun turun mengganti sore yang mendung, matahari yang di tunggu malah menghilang di balik awan beberapa saat yang lalu dan mereka berdua memutuskan untuk menunggu pagi di sana agar bisa memotret matahari terbit.

Keiko memang keras kepala tidak mau menerima tawaran dari Ryu, ia membuka mantelnya dan menjadikannya alas untuk duduk tapi dengan semakin pekatnya malam maka cuaca semakin dingin menusuk kulit meskipun memakai baju lengan panjang dan jaket tetap saja tidak cukup menghangatkan.

Ryu mengeluarkan kursi lipat lagi dari dalam tas ranselnya dan meletakkannya di samping Keiko yang kelihatan menggigil tapi berusaha ditutupinya. Lama kelamaan ia tidak tahan juga apalagi dengan kata-kata Ryu yang diiringi senyuman jahil. Dengan tampang cemberut Keiko menarik mantel dan mengibasnya dari rumput yang menempel kemudian memakainya dan duduk di kursi yang tadi disodorin Ryu.

Malam sudah semakin larut ketika hujan mulai rintik-rintik membasahi bumi yang lama makin kelamaan semakin deras hingga dua orang itu belum sempat membenahi bawaan mereka keburu kabur dengan menyeret semuanya mulai dari kamera dengan tripod hingga kursi.

<<<>>>

Dua hari kemudian mereka masih belum mendapatkan satu pun photo sunset maupun sunrise karena ada saja yang terjadi kalau tidak hujan yang tiba-tiba bertamu maka matahari yang malu-malu menunjukkan dirinya dengan bersembunyi di balik awan, hanya satu yang berubah yaitu sikap Keiko yang mulai berubah pada Ryu walaupun tidak begitu kentara.

<<<>>>

Sudah beberapa hari ini Keiko merasa sangat lelah karena kurang tidur pada malam hari akibat berusaha mendapatkan photo sunset atau sunrise sehingga tidak begitu menyadari kalau ada seseorang mengambil photonya. Begitupun ketika ia pulang sekolah naik bus, tanpa sadar begitu pantatnya menyentuh kursi di bus maka kantuk langsung menyerangnya hingga ia tidak mengetahui jika ada seseorang yang mengambil photonya ketika tertidur, walaupun waktu ia hendak menghempaskan bokongnya di bangku bus ada perasaan orang mengawasinya tapi ia tidak melihat siapapun hingga mengabaikannya.

Sudah beberapa hari ini juga Keiko merasa ada orang membuntutinya, karena matanya yang berat ingin diistirahatkan maka sering ia tidak memperhatikan pemberhentian bus hingga bus berhenti dengan mendadak dan membuatnya tersentak bangun dan menyadari ia sudah sampai di tempat tujuan.

<<<>>>

Lima hari sudah lewat dan batas pengiriman photo tinggal dua hari lagi maka mereka bertekad akan berusaha mendapatkan yang terbaik.

Keiko sedang menyiapkan peralatan kameranya ketika Ryu menyapanya, kali ini Keiko tidak menunjukkan sikap memusuhi ataupun ketus dan dinginnya karena mengetahui Ryu sudah datang duluan tapi demi menjaga perasaan Keiko sehingga Ryu bersembunyi di pepohonan hingga Keiko siap dan pura-pura baru datang. Ryu memuji Keiko yang sudah mendahuluinya dan mengatakan ia kalah cepat dari Keiko yang ditanggapi dengan cengiran tidak jelas oleh Keiko. Keiko dalam hati mengomel kenapa sekarang Ryu berusaha menyenangkan Keiko walaupun harus dengan berpura-pura karena ia tidak suka dengan kepura-puraan.

Sore itu sepertinya matahari enggan memperlihatkan kecantikan sinarnya dengan mengumpet di balik awan kecil. Mengakibatkan ke dua remaja itu bermalam lagi di bukit tapi kali ini mereka sudah mempersiapkan semuanya hingga tidak perlu lagi saling menyindir atau apapun. Malah mereka membawa cemilan dan cokelat hangat untuk mengisi acara pengambilan gambar yang jika diperhatikan seperti camping karena ada kantung tidur dan kemah yang didirikan walaupun seadanya.

Malam itu cuaca cerah dan bersahabat sehingga banyak bintang yang bertaburan seakan mereka lagi memamerkan kecantikan cahaya bintang mana yang paling terang di antara mereka. Keiko enggan memasuki kantung tidurnya dan hanya duduk di kursi memperhatikan langit malam yang bertaburan bintang hingga kepalanya beberapa kali terkulai lemas dan ada seseorang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan pada saat itu.

Gelap berganti terang samar menandakan pagi menjelang, kelopak mata Keiko mengerjap-ngerjap membiasakan dengan keadaan, setelah sadar pagi mendekat dan sinar jingga mulai menyembul dari bumi dengan tergesa-gesa ia berdiri dan mengutak-atik kameranya mencari angel yang bagus tanpa menghiraukan penampilannya yang acak-acakan.

Ryu hanya senyam-senyum tidak jelas melihat tingkah Keiko, ia hanya tertidur sebentar dan sudah bangun dari tadi, setelah bintang-bintang pergi keperaduan ia masih menatap sosok yang tidak jauh darinya tertidur pulas meringkuk dikursinya seperti bayi. Ryu enggan menutup kelopak matanya menikmati pemandangan indah disampingnya itu jika tidak kantuk menyerang dengan dahsyat hingga akhirnya tanpa sadar tertidur. Ryu sesekali melirik ke gadis disampingnya yang begitu bersemangat memotret lingkaran jingga yang menampakkan dirinya sedikit demi sedikit.  

<<>>

Pada siang harinya waktu jam istirahat Keiko dan Ryu di panggil oleh guru yang menangani lomba photographi, setelah melihat dan menimbang hasil photo mereka berdua maka sekolah memutuskan hasilnya seri dan keduanya diikutkan lomba. Ryu dan Keiko tersenyum bahagia menerima keputusan tersebut.

<<<>>>

Hari berganti hari dan bulan berganti bulan tanpa terasa bagi dua insan muda yang semakin akrab dan sering terlihat berdua kemana-mana seperti sepasang kekasih yang di mabuk cinta setelah lomba photographi membuat iri para lelaki yang tidak berhasil mendekati Keiko untuk tujuan tertentu.

Tidak lama lagi mereka yang berada di tingkat akhir akan lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka semakin giat belajar menghadapi ujian yang sudah di depan mata dan banyak yang sudah menyusun rencana ke mana akan melangkah setelah lepas dari sekolah.

Keiko berencana melanjutkan kegemarannya dan akan serius mendalaminya ke jenjang yang lebih tinggi sementara Ryu tidak pernah menyinggung akan kuliah apa dan kemana. Mereka berdua tidak mempermasalahkan itu dan selalu terlihat bahagia dan berdua kemanapun hingga tersiar kabar jika mereka sudah menjadi sepasang ke kasih. Kotaro yang mendengar hal ini merasa terpukul tapi ia tidak menampakkannya di depan Keiko, ia berusaha bersikap biasa walaupun ia menyadari dan menyaksikan sendiri perhatian Ryu ke pada Keiko demikian juga sebaliknya tidak bisa dipungkiri lagi kalau mereka sepasang ke kasih. Kotaro berusaha menempatkan diri sebagai teman yang selalu ada bagi Keiko dan selalu membantu jika dibutuhkan.

<<<>>>

Hari-hari yang melelahkan dan menegangkan bagi siswa-siswi kelas tiga sudah lewat beberapa hari yang lalu namun ketegangan itu masih membayang karena belum diumumkan hasil kelulusannya.

Keiko di ajak Ryu ke kantin, di sana beberapa siswa-siswi sedang menyiapkan ruangan kantin untuk pesta. Keiko mengernyit heran melihat beberapa temannya seperti Kotaro dan juga teman-teman Ryu ada di sana.

“Kotaro…ada acara apa ?” Tanya Keiko setelah berada dekat Kotaro.

Kotaro hanya tersenyum kecil dan sembari mengalihkan pandangan ke belakang Keiko, ia berkata : “Kamu akan mengetahuinya nanti.”

Keiko mengikuti arah pandangan Kotaro, dibelakangnya berdiri Ryu dengan senyum misterius tersungging dimulutnya.

Keiko berusaha menyelidik dengan mengajak bicara teman-temannya tapi tak satupun yang memberi jawaban yang memuaskan hatinya.

Sepanjang waktu menunggu jam pulang berdentang, Keiko semakin kesal karena semua orang terlihat bersikap misterius kepadanya termasuk Ryu dan juga Kotaro yang biasanya selalu terbuka.

Sesaat sebelum Keiko pulang siang itu Ryu memintanya datang ke kantin sekolah pada sore harinya.

“Ada acara apa ?” Tanya Keiko penuh ingin tahu.

“Kamu harus datang nanti sore jam 16.30 tepat tidak boleh telat…ingat Kei..TIDAK BOLEH TERLAMBAT..” Kata Ryu menekankan sembari tersenyum dengan senyum yang selalu membuat jantung Keiko selalu berdetak melebihi normal tanpa menghiraukan pertanyaan Keiko.

“OK…tapi acara apa yang sedang kalian sembunyikan dariku..?” Tanya Keiko lagi gigih ingin tahu dengan jantung yang masih berdebar tak karuan karena Ryu tidak henti-hentinya menebar senyum manisnya itu kepadanya. Ingin rasanya Keiko beranjak pergi untuk menyembunyikan perasaannya tapi ia tidak ingin Ryu salah paham hanya matanya yang berusaha ia alihkan ke lain supaya tidak terpaku pada tampang malaikat didepannya.

“Maaf Kei, kalau penasaranmu memang besar maka aku yakin kamu akan datang lebih cepat dari waktu yang aku minta.” Sahut Ryu menggoda.

“Sok tahu..” Kata Keiko mencibir dan melangkah pergi meninggalkan Ryu yang tertawa melihat ulahnya seperti anak kecil yang tidak dipenuhi keinginannya.

Belum jauh Keiko berjalan terdengar suara Ryu “Kei…jangan pakai baju seperti biasa ya…kamu harus berpenampilan formal… Ingat ya Kei..”

Keiko menoleh ke belakangan dengan masih melangkah dan hanya mengacungkan jempolnya ke udara.

Setelah Keiko menghilang di gerbang sekolah Ryu balik ke kantin untuk memastikan rencananya berjalan sempurna kemudian ia juga pulang.

<<>>

Sesampainya di apartemen yang terdiri dari 2 kamar tidur dan terletak di lantai tiga, Keiko masuk kekamarnya dan membuka lemari pakaian. Sepanjang perjalanan pulang ia memutar otaknya tentang kata-kata Ryu untuk berpenampilan formal. Sementara ia tidak tahu acara apa yang akan dihadirinya nanti, jadi ia bingung harus berpenampilan formal seperti apa.

Lama ia hanya memandangi pakaian yang berjejer rapi di lemari kecil yang ada di dalam kamarnya terdiri dari t-shirt, shirt dan bawahan berupa celana panjang dan celana pendek selutut. Selama ini ia tidak pernah ke mana-mana dengan pakaiaan selain itu semua.

Telepon di ruang tengah ~yang juga berfungsi juga sebagai ruang makan karena apartemen mereka tergolong sederhana dan kecil~ berdering, Keiko dengan malas ke luar dari kamar dan mengangkat telepon yang sudah berkali-kali berbunyi.

“Hallo..?” Tanya Keiko dengan lesu.

“Hei Keiko…apa kamu baru pulang..?” Suara seorang perempuan setengah baya yang merupakan ibunya.

“Tidak ma…saya sudah datang dari tadi.” Sahut Keiko.

“Lalu kenapa kamu lama baru angkat teleponnya…? Apa kamu sakit ?” Tanya ibunya khawatir.

“Tidak ma, saya baik-baik saja…saya tadi lagi di kamar mencari sesuatu jadi tidak dengar telepon berbunyi.” Kata Keiko tidak semangat.

“Ya jika kamu tidak sakit kenapa suaramu terdengar lesu begitu… oh ya, makan siang ada di meja dapur sebelum makan kamu panaskan saja dulu. Apa nanti sore kamu ke toko..?” Kata ibunya lagi.

“Saya hanya lelah saja ma, setelah istirahat juga baikan kok. Sore nanti saya tidak bisa menemani ibu di toko karena saya harus ke sekolah. Mama tidak apa-apakan sendiri..?” Tanya Keiko.

“Kamu harus istirahat setelah makan siang kalau begitu, mama tidak apa-apa sendiri…Ingat jangan lupa makan siang.” Kata ibunya perhatian.

“Baik ma, sudah dulu ya ma..”

“Keiko tunggu… jika kamu merasa tidak fit lebih baik di rumah saja, tidak perlu pergi ke sekolah.” Ibunya menasehati.

“Tidak ma, saya tidak apa-apa, mama tidak perlu khawatir.” Keiko berusaha menenangkan

“Ya sudah kalau begitu tapi jangan dipaksakan ya Kei…Oh ya, kamu sedang mencari apa tadi ?”

“Sebenarnya saya tidak mencari apa-apa ma, saya hanya bingung memilih pakaian untuk pergi ke acara di sekolah nanti sore, saya diminta untuk tidak berpakaian seperti biasa dan harus formal. Saya bingung karena mama tahu sendiri dengan pakaian saya, saya merasa tidak punya pakaian yang tidak biasa saya pakai.” Keluh Keiko.

“Ya Kei…masa begitu saja bingung…kamu kan bisa minta uang ke mama untuk beli.”

“Tidak ma, saya tidak mau merepotkan mama, toko kan lagi sepi lagi pula lebih baik uangnya di tabung.”

“Kamu memang anak yang pengertian tapi mama tidak keberatan kok Kei…ngomong-ngomong acara apa sih Kei…?”Tanya ibunya ingin tahu.

“Tidak tahu ma, Ryu tidak mau mengatakannya..” Sahut Keiko lemas.

Diseberang sana ibunya hanya manggut-manggut mendengar penjelasan anaknya apalagi setelah Keiko menyebut nama Ryu maka ibunya tahu apa yang menyebabkan anaknya tidak ceria. Perasaan seorang ibu memang kuat tentang anaknya walaupun sang anak tidak menceritakan perasaannya. Ibunya menatap kalender yang berlingkar merah di tanggal tersebut dengan senyum penuh arti.

“Kei…kamu buka lemari di kamar mama, cari di bagian pakaian yang bergantung ada pakaian yang masih berbungkus. Semoga aja masih cukup di tubuhmu sayang.” Sahut ibunya dengan senyum membayang.

“Maksud mama, saya memakai pakaian mama gitu..? Tidak salah ma…?” Tanya Keiko dengan alis dikernyit dan kepala menggeleng membayangkannya.

“Ya…tidaklah Kei…sekarang kamu makan siang dulu, setelah itu lihat saja di kamar, kamu pasti tidak akan percaya…sudah dulu ya..bye..” Ibunya langsung menutup telepon sebelum Keiko berargumentasi lagi.

Keiko hanya melongo menatap gagang telepon ditangannya yang mengeluarkan suara “Tuuutttttttt” berkepanjangan.

Setelah meletakkan gagang telepon pada tempatnya, Keiko mendekati meja dan memperhatikan isi yang tertutup tudung, setup sayuran di panci kecil dan dua potong ayam goreng di piring. Sebenarnya ia tidak minat untuk makan tapi mengingat wajah mamanya yang khawatir melihat makan siangnya utuh membuatnya urung dan langsung menyantap makan siang setelah mengambil nasi di rice cooker tanpa memanaskan sayurnya lebih dulu.

Selesai membereskan dan mencuci peralatan makannya, Keiko bergegas ke kamar ibunya. Setelah beberapa kali membuka tutup bungkusan pakaian yang banyak bergantung di dalam lemari ibunya ~yang suka menyimpan semua pakaian terbungkus rapi sebelum di gantung~ akhirnya menemukan satu pakaian yang tidak mungkin punya ibunya dari ukurannya. “Apa mama sengaja membeli ini untukku tapi untuk apa ?” Pikir Keiko.

<<>>

Waktu baru menunjukkan pukul 16.25 ketika Keiko melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah. Suasana di sana sepi, hanya ada satu dua siswa yang lewat dan melirik Keiko secara sembunyi-sembunyi. Keiko tidak begitu mengenal mereka, sepertinya siswa itu adik kelasnya.

Keiko melangkah dengan pelan ke arah kantin, ia tidak ingin Ryu besar kepala dengan kedatangannya yang cepat. Sebenarnya Keiko tahu Ryu berkeyakinan ia akan datang cepat karena kebiasaan Keiko yang selalu datang awal sebelum acara mulai tapi kali ini lain karena Ryu tahu rasa penasarannya yang berusaha ia tidak tampakkan. Keiko menghitung waktu dengan langkahnya sehingga ia bisa memperkirakan waktunya tepat begitu ia menginjak kantin.

Pukul 16.30 tepat ketika Keiko menapakkan kakinya di pintu masuk ke kantin, di sana sudah banyak temannya dan teman Ryu yang datang namun ia tidak melihat Ryu. Suasana kantin menjadi meriah dengan hiasan balon dan kertas krep warna warni, di sudut sebelah kiri berjejer berbagai hidangan. Keiko mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tapi tetap saja tidak ada penampakkan Ryu yang mulai membuatnya kesal atas kata-kata Ryu yang memintanya datang tepat waktu tapi yang bersangkutan tidak nampak batang hidungnya. Sebenarnya bukan hal itu yang membuatnya gondok tapi permintaan Ryu yang memintanya berpakaian formal sementara teman-temannya berpakaian seperti biasa yaitu berpakaian tidak formal.

Kotaro yang melihat Keiko celingak-celinguk mencari sesuatu atau seseorang segera menghampirinya. Pertama kali ia pangling melihat Keiko karena penampilannya berbeda tidak seperti biasanya dengan dress warna merah muda lembut selutut yang sederhana namun terkesan elegan dan tidak norak membalut tubuhnya yang mungil, Keiko terlihat seperti pajangan di etalase butik jika ia diam dan mata para lelaki yang ada di ruangan itu tertumpu pada tubuhnya tanpa sepengatahuan yang punya.

Keiko tidak menyadari sosok yang menghampirinya dengan sorot mata terpesona dan tidak lepas darinya. Setelah sosok itu tinggal dua langkah darinya baru ia sadari bahwa orang itu menatapnya tanpa berkedip karena ia sibuk mencari wajah yang memintanya datang di antara teman yang berseliweran dan menatapnya antara bingung, pangling dan ingin tahu. 

“Hai Keiko…” Sapa Kotaro

“Hai…” Sahut Keiko tidak semangat.

“Ada apa…?” Tanya Kotaro mengikuti arah pandangan Keiko. “Kamu sedang mencari siapa…?” Melihat Keiko masih mengedarkan pandangannya tanpa menghiraukannya, Kotaro melanjutkan lagi “Ryu sepertinya terlambat karena dari tadi belum kelihatan..”

“Heeh..” Keiko mendesah jengkel, ia sudah berusaha tampil lain dan menelan gengsinya memakai dress yang seumur-umur baru kali ini dipakainya setelah berumur 8 tahun. Ia merutuki dirinya yang mau saja mengikuti maunya Ryu dan selalu memperhatikan penampilan dirinya di mata Ryu yang biasanya acuh dengan penampilannya. Ibunya pernah bercanda ketika Keiko ketahuan mencoba lipstiknya kalau Keiko sekarang terlihat feminim dan sebagai wanita yang beranjak dewasa sudah seharusnya Keiko merubah penampilannya hingga membuatnya tertunduk malu dan membasuh wajahnya.

“Keiko….Kei…Keiko…” Kotaro melambai-lambaikan tangannya di depan Keiko namun yang di panggil seperti sedang tidak berada disampingnya.

Keiko tersentak dari lamunannya ketika menangkap sosok yang dicarinya masuk ke kantin dan lebih membuatnya sok dengan kehadiran seorang gadis yang menempel disampingnya bergelayutan di lengan kiri Ryu dengan manja.
Kotaro menoleh ke arah pandangan Keiko dan ia bisa mengerti apa yang Keiko rasakan tapi ia bersikap seolah tidak menyadarinya.

Gadis itu cantik dan putih seperti bintang film apalagi dress di atas lutut warna cream yang dipakainya memberi kesan yang tidak pantas gadis itu berada di ruangan sederhana tersebut. Semua mata yang menyadari kehadiran Ryu dengan gadis cantik tersebut berkasak-kusuk ketika mata mereka beralih kedirinya dan ke gadis yang bergelayut di lengan Ryu.

Keiko menyadari arti tatapan teman-temannya tapi berusaha bersikap wajar dan menyapa teman-temannya sesekali mengintip Ryu dari ujung matanya dan dari awal datang Ryu seperti mencari-cari dirinya namun ia berusaha menyembunyikan diri di samping Kotaro yang bertubuh tinggi. 

Kotaro menyadari teman-temannya yang membandingkan antara Keiko dan gadis yang datang dengan Ryu sehingga ia memperhatikan Keiko dengan ujung matanya, apakah gadis itu akan terpengaruh dan langsung pergi dari sana.

Keiko merasa hatinya seperti teriris melihat keakraban gadis itu dengan Ryu dan gayanya yang manja serta sikapnya seperti seorang ke kasih yang penuh perhatian. Keiko tidak nyaman melihat pemandangan tersebut. Matanya serasa perih dan ada sesuatu yang mendesak di pelupuk matanya ingin ke luar, ingin rasanya ia pergi dari sana tapi kakinya seperti terpaku tidak bisa bergerak.

“Keiko…apa kau tidak apa-apa ?”

“Eh…aku…. kenapa…?” Keiko bersikap seolah tidak mengerti arah pembicaraan Kotaro.

“Itu…” Kotaro menunjuk Ryu dengan isyarat mata.

“Oh…aku baik-baik saja, lagi pula aku dan dia kan tidak ada apa-apa.” Selesai berkata begitu Keiko mengatup bibirnya rapat menyadari arti kata-katanya sendiri.

Memang benar diantara mereka tidak pernah ada kata-kata yang menyatakan mereka pacaran tapi sikap dan kebersamaan mereka yang selalu bersama membuat orang berpikiran lain.

Ryu menorobos kerumunan yang menuju di mana Keiko berada, ia kira gadis itu tidak datang karena ia tidak melihatnya dari ketika dirinya memasuki kantin, untuk sesaat kekecewaan memenuhi hatinya apalagi ia datang telat dan gadis disampingnya yang tidak mau melepaskan pegangannya menyulitkannya mencari Keiko. Setelah cukup lama menjelajahi seisi kantin dan mencari-cari akhirnya ia temukan juga gadis itu tertutup oleh tubuh Kotaro, sesaat ia merasa itu bukan dia tapi senyum dan rambut pendeknya yang tergerai itu meyakinkannya.

“Hai Keiko….Kotaro !”

Keiko menoleh ke arah suara bariton yang sudah akrab ditelinganya dan sikapnya yang dingin tadi hilang berganti ceria walaupun terkesan dipaksakan dan itu tidak lepas dari pengamatan Kotaro.

“Hei Ryu…”

“Kei…terima kasih dan Kotaro juga yang telah membantu.” Ujar Ryu menatap Keiko tidak berkedip terlihat jelas ia sangat terpesona dengan tampilan Keiko yang terlihat sangat cantik dimatanya.

Kotaro hanya menganggukkan kepala dan tersenyum sementara Keiko berusaha mempertahankan sikapnya yang ceria.

“Untuk apa ?” Tanya Keiko yang di jawab batinnya “Untuk melihat kau memamerkan pacarmu dihadapanku dan mengatakan aku hanya hiburan bagimu.”

“Untuk datang ke pesta ini dan telah memenuhi…. Ah, Kei …. Kau sungguh sangat cantik... sungguh … aku sangat senang melihatmu begini, bagiku kau sangat…yah, kau tahulah maksudku kan..” Kata Ryu menggoda mengedipkan sebelah matanya membuat pipi Keiko bersemu merah yang berusaha ia sembunyikan dengan pura-pura tidak tertarik dengan kata-kata Ryu apalagi gadis itu selalu berada disampingnya dengan mulut cemberut mendengar kata-kata Ryu dan seringai seakan mengejek kearahnya.

“Tidak perlu berlebihan, nanti bisa-bisa aku terbang..” Sahut keiko seceria mungkin dengan senyum yang dipaksakan padahal hatinya tidak nyaman berada di sana.

Ryu menatap kearlojinya dan menoleh ke gadis disampingnya.

“Suzu, aku harus pergi sebentar, kamu bisa tunggu di sini dengan Keiko dan yang lainnya. Oh ya Kei dan Kotaro...kenalkan ini Suzuka Hamada. Aku harus pergi ada sesuatu yang harus aku selesaikan.”

Ryu langsung menghilang di antara teman-teman yang bergerombol secara berkelompok.
Setelah saling memperkenalkan diri tidak lama kemudian Kotaro juga pamit untuk mengabadikan acara tersebut tinggallah Keiko dan Suzuka berdua. Keiko berusaha terlihat menikmati acara tersebut dan sesekali melirik ke Suzuka yang berdiri disampingnya terlihat bosan.

“Kei … tidak masalahkan kalau aku panggil kamu Kei juga ?” Tanya Suzuka sedikit tidak ramah.

Keiko hanya mengangguk sembari tersenyum kecil walau hatinya meringis dan tidak nyaman.

“Aku tahu banyak tentang kamu karena Ryu tiap hari selalu menceritakan semua hal yang berkaitan dengan dirimu sampai aku bosan mendengarnya karena ia selalu mengulang-ulang cerita yang sama sampai berkali-kali. Apa kalian berteman dekat ?” Ujar Suzuka sebal dan sedikit sinis.

“Kami memang berteman tapi dekat atau tidaknya tergantung orang memandangnya.” Keiko berusaha berdalih.

“Ya..itu memang benar. Ryu sudah banyak berubah dari pertama kali pindah ke mari, aku tidak tahu karena apa yang penting aku tetap mencintainya dan ia pacar yang baik dan pengertian. Tapi sekarang aku tahu kenapa ia berubah, di sini sangat menyenangkan dan teman-temannya juga ramah dan baik...”

Suzuka tetap berceloteh panjang lebar dengan centil tapi Keiko tidak memperhatikannya lagi yang berputar dikepalanya hanya kata “Pacar”, “Ia sudah punya pacar”, “Gadis cantik disampingnya adalah pacar Ryu” Lalu apa maksud Ryu selama ini yang begitu perhatian padanya, “Aaah…Aku memang bodoh terlalu berharap dan menganggap kalau ia suka padaku…bodoh..bodoh…Ia kan tidak pernah menyatakan suka dan cinta padaku…aku yang menganggapnya begitu tapi kenapa ia begitu peduli, perhatian dan baik padaku…aih.aku benci kau Ryu, kau membuat aku terlihat bodoh…” Keiko merutuki dirinya dengan memukul-mukul kepalanya, sementara Suzuka masih asik bercerita dan ia kemudian diam dan memperhatikan Keiko yang memukul-mukul kepalanya.

“Kei…kamu kenapa ? Bosan ya mendengar ceritaku..?”

Keiko tersentak dan langsung menghentikan ulahnya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan salah tingkah.

“Ah..tidak…aku hanya…melupakan sesuatu yang penting…maaf sampai mana tadi ceritamu…?” Keiko merasa bersalah dan semakin tidak nyaman.

“Ah sudahlah tidak perlu dilanjutkan..ngomong-ngomong kamu tahu ini acara apa..?”

“Tidak..aku tidak tahu dan Ryu juga tidak mengatakannya.”

“Oh…jadi ia tidak mengatakan kalau ini pesta ulang tahunnya dan juga sekaligus pesta perpisahan.” Kata Suzuka seolah heran.

“Ulang tahun…perpisahan… apa maksudmu ?” Tanya Keiko bingung.

“Ya ulang tahunnya Ryu sekaligus perpisahannya karena kami akan melanjutkan sekolah ke Amerika. Ryu akan kuliah dan aku melanjutkan sekolah di sana, begitu juga dengan keluarga kami pasti menyenangkan sekali nanti. Kami akan pergi nanti..”

Suzuka begitu bersemangat bercerita dengan mata berbinar-binar tapi Keiko sudah tidak mendengarkan lagi. Perasaan Keiko seperti di remas-remas rasanya mendengar semua informasi dari Suzuka, Ryu telah begitu tega membohonginya selama ini. Tanpa babibu Keiko langsung pergi meninggalkan Suzuka yang sedang berbicara menjadi bengong dan dengan acuh hanya mendengkikkan bahu.

Keiko melangkah tanpa memperhatikan jalan karena pergi dengan terburu-buru ia menabrak Kotaro yang sedang membelakanginya. Kotaro ikut bingung dibuatnya karena Keiko tidak berhenti dan menoleh tapi langsung menuju pintu dan menghilang tanpa menghiraukan panggilannya.
Kotaro menjadi cemas dengan sikap Keiko yang tidak biasa, ia menoleh ke Suzuka yang masih seperti semula tidak ada yang berubah. Kotaro segera menyusul Keiko dengan cepat tanpa mempedulikan teman-temannya yang sudah bergaya siap di potret.

Tidak lama kemudian ia kembali dan mendapati Ryu berdiri di depan pintu dengan gelisah memegang sebuah kotak warna putih dengan pita merah muda ditengahnya.

“Kotaro…apa kamu lihat Keiko..? Kata Suzuka ia pergi ke luar dan aku cari kemana-mana tidak ketemu. Apa kamu tahu di mana dia ?” Tanya Ryu dengan wajah cemas.

Kotaro tidak bereaksi dengan pertanyaan Ryu, perasaannya juga turut sakit jika Keiko menderita dan ia tahu sumber atau biang dari perubahan sikap Keiko adalah lelaki dihadapannya, ingin rasanya ia memberi pelajaran pada lelaki tersebut yang sudah mempermainkan gadis yang dicintainya tapi akal sehat masih memayunginya. Setelah lama terdiam akhirnya ia bicara.

“Keiko sudah pulang..”

“Pulang..? Kenapa ia pulang, acaranya belum mulai..? Apa ia sakit…?” Tanya Kotaro tanpa henti dengan raut bingung dan khawatir.

“Entahlah…ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Aku sempat mengejarnya ke depan tapi ia sudah tidak ada, mungkin...”

Kata-kata Kotaro sudah tidak masuk ke otak Ryu karena segala macam pikiran yang tidak-tidak berkecamuk dikepalanya, rencananya yang sudah disusunnya dengan rapi berantakan dan ia sudah tidak punya waktu lagi untuk mengejar Keiko keapartemennya. Kebahagiaan yang sudah dipelupuk mata sekarang mulai menjauh, ia tidak mengerti kenapa Keiko tiba-tiba pergi tanpa pamit dan setahunya tadi gadis itu baik-baik saja dan masih ceria tapi kenapa tiba-tiba ia pergi. Sekilas tebersit pikiran kalau Keiko cemburu dengan Suzuka tapi pikiran itu dibuangnya jauh-jauh karena Keiko tidak memperlihatkan hal itu tapi mungkin saja ia salah paham dengan kehadiran Suzuka dan dari keterangan Suzuka, Keiko tiba-tiba pergi setalah cukup lama berbincang dengannya. Tanpa menunggu lagi Ryu menghambur ke dalam meninggalkan Kotaro yang bengong ditempatnya.

Niat Ryu untuk mengintrogasi Suzuka tertunda karena temannya yang ditugasi sebagai pembawa acara sudah mulai dan meminta Ryu memberikan sekapur sirih diacaranya.
Acaranya kemudian berlangsung cukup meriah tapi bagai simalakama bagi Ryu dan ia tidak punya kesempatan untuk menanyai Suzuka tapi sebelumnya  ia sudah meminta Kotaro untuk menemuinya sebelum pulang, ia bertekad Keiko harus mengetahui isi hatinya walaupun mereka tidak bisa bertemu untuk waktu yang tidak bisa ditentukan.

Sepanjang acara berlangsung pikiran Ryu tidak berada di ruangan itu, otaknya berpikir keras apa yang akan ia katakan pada Keiko lewat Kotaro dengan waktu yang semakin sedikit. Untuk menulis surat jelas tidak mungkin dengan waktu yang ia punya dan untuk menelponnya setahunya Keiko tidak pernah cerita punya nomor HP dan ia juga tidak berpikir untuk minta nomor telpon apartemennya. Ia menyesali kebodohannya selama ini yang beranggapan perbuatan lebih mengungkapkan perasaannya daripada kata-kata, kekhawatirannya kalau Keiko salah paham dengan kehadiran Suzuka makin membayangi kepalanya.

Kegelisahan Ryu terbaca oleh Kotaro yang memperhatikannya dari ujung matanya di sela kesibukannya mengabadikan suasana.

Apa yang terjadi selanjutnya antara Ryu dan Keiko ? Kemanakah Keiko Pergi dan apakah kesalahpahaman ini akan berkahir bahagia ?