Sabtu, 28 Januari 2012

HAPPILY EVER AFTER ~ Part 2

Beberapa lama Ryu masih berdiri terpaku dengan bola terjepit di pinggang di tahan lengan kirinya dan di telapak lengan kanannya masih memegang leontin, teriakan teman-temannya dihiraukannya, sampai sebuah suara membuyarkan lamunannya “Hey Ryu…” dan ia tersentak dan buru-buru menjejalkan leontin ke saku celana.


“Kamu kan yang …” Kata-kata Keiko terputus melihat Ryu mengangkat tangannya meminta Keiko berhenti bicara.

“Tunggu…! Ulangi apa yang kamu katakan tadi.”

“Kata-kata yang mana..?” Keiko bingung

“Aish…” Nih gadis memang suka mengulangi pertanyaan orang bukannya langsung menjawab sih. Sungut Ryu. “Yaaa….kata-katamu yang tadi, lalu kamu pikir yang mana heh...” Ryu kelihatan sekali kesal

“Oh itu…” Keiko memukul-mukulkan jari telunjuknya ke mulut berusaha mengingat-ingat. “Kamu kan yang..”

“Bukan itu…kata-kata sebelumnya..” Keiko kaget dengan intrupsi Ryu yang menggelegar.

Dengan mata ke atas dan wajah cemberut Keiko menatap Ryu “Hey Ryu…”

“Nah itu…” Ryu memainkan jari telunjuknya ke muka Keiko “…kamu tahu dari mana kalau aku Ryu, kita kan belum kenalan dan aku termasuk orang yang belum lama sekolah di sini…ya kalau menurutmu sebulan itu masih baru.” Ryu berkata dengan lembut dan kelihatan kekanak-kanakan menjelaskan sesuatu yang belum tentu lawan bicaranya ingin mengetahuinya.

“Yaish…kamu itu ya…heh” Keiko mengepalkan jemarinya, emosinya sudah mulai naik apalagi mengingat kejadian di acara tadi. Dengan meneguk air liurnya dan telapak tangan yang masih mengepal Keiko berusaha menahan emosinya yang mencari penyaluran untuk dimuntahkan.

Ryu memandangi Keiko dengan dahi mengernyit melihat tingkah gadis dihadapannya yang berusaha menahan diri dari sesuatu.

“Dengar ya…saya tahu nama kamu dari teman-temanmu..” Keiko mengarahkan pandangan ke teman-teman Ryu di lapangan basket yang nyengir dan melambaikan tangan “…yang memanggil-manggil kamu dari tadi, sementara yang di panggil sepertinya kerasukan roh halus hingga melupakan sekelilingnya.” Keiko mengitari tubuh Ryu sambil memperhatikan dari kepala sampai ke kaki berulang kali membuat Ryu jengah diperhatikan seperti itu.

“Lalu kenapa kalau benar aku kerasukan…heh?” Ryu berusaha bersikap tenang dan menatap dengan sorot mata menantang.

“Ehh…” Keiko jadi bingung dan salah tingkah dengan pertanyaan Ryu dan cara bicaranya yang seakan mereka sudah kenal lama.

“Hmfh….bukan …. urusan saya…” Keiko mengedikkan bahu dengan kepala menggeleng, dia merasa aneh dengan sikapnya sendiri yang tidak sesuai dengan maksudnya kembali menemui siswa yang sudah merusak hari indahnya dan amarahnya yang menguap entah kemana dan tanpa sadar dirinya sudah beberapa langkah meninggalkan Ryu.

Setelah pikiran normalnya kembali, Keiko menghentikan langkah dan berbalik menghadapi Ryu.

Ryu yang sudah bisa menenangkan diri & bersiap menghadapi ledakan gadis didepannya bengong melihat perubahan sikap Keiko yang awalnya bersemangat hendak menjagalnya menjadi gadis yang seakan lupa dengan dirinya sendiri. Ia meraba saku celananya dan mendapati benda tersebut tersimpan rapi di sana tanpa menyadari Keiko berada satu langkah didepannya.

“Ehh…!” Ryu mengurungkan ayunan kakinya yang hampir menubruk Keiko.

“Apa…?!” Ryu kembali di buat bingung oleh gadis dihadapannya yang kembali seperti semula ibarat singa siap menerkam mangsa.

Keiko menyodorkan selebaran dengan tangan kanannya sementara tangan kiri masih memegang kamera. Raut mukanya tidak enak di pandang karena matanya melotot seperti hendak meloncat ke luar dan bibir mengerucut ke depan. 

Ryu hampir saja meledakkan tawa melihat wajah Keiko yang menurutnya lucu tapi cepat ditutupnya mulut dengan satu tangan yang mengepit bola hingga bola terjatuh karena tangan yang lain sedang menerima selebaran. Ryu berusaha menyamarkan tawanya dengan batuk-batuk kecil karena ia tahu Keiko sedang marah dan ia tidak mau menyulut amarah gadis didepannya lebih besar.

Ryu memperhatikan dengan seksama selebaran yang dipegangnya dan setelah dibacanya, ia mengalihkan pandangan dari selebaran ke Keiko.

“Apa maksudnya ini …?”

“Apa kamu tidak bisa membacanya…?” Keiko menatap Ryu dengan sorot mata membara.

“Yaish…kamuuu………hehh?” Ryu menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dengan sekali hentakan. Susah sekali bicara dengan gadis ini, jika di tanya malah balik bertanya, dasar keras kepala. “Hei…Kalau aku tidak bisa membaca tentu aku masih di TK bukan di SMA...kamu itu ketua OSIS tapi kenapa otakmu di simpan di dengkul.” Tapi yang ke luar dari mulutnya bukan itu.

“Yaa…jelas saja aku bisa dan aku sudah membacanya…ini selebaran tentang lomba foto antar SMA…lalu apa maksudmu memperlihatkan ini padaku..?” Ryu mengembalikan selebaran itu pada Keiko.

“Untuk menantang kamu.” Kata Keiko singkat tanpa berkedip memandang Ryu.

“Menantang aku…ha..ha..ha.. apa aku tidak salah dengar. Di situ jelas tertulis tiap sekolah hanya boleh mengirimkan satu foto hasil karya muridnya. Aku yakin sekolah sudah menentukan foto hasil karya siapa yang akan di ikut sertakan lomba. Jadi…untuk apa kau menantangku…?” Ryu membuang muka ke samping.

“Tidak….kamu tidak salah dengar dan...kamu juga benar, pihak sekolah sudah menentukan foto yang akan ikut lomba. Tetapi sebagai ketua OSIS, saya bisa merubah keputusan tersebut…lagipula saya tidak mau hasil karya saya yang diragukan oleh orang lain diikut sertakan lomba sebelum saya membuktikan bahwa memang benar hasil karya saya layak untuk dilombakan secara universal.”

Ryu terpana mendengar penuturan Keiko yang berapi-api, dari awal ia memang sudah menduga gadis ini lain dari pada gadis kebanyakan, semangat berusahanya dan tidak cepat puas dengan hasil karyanya sebelum bisa membuktikan bahwa ia layak bangga dengan semua usahanya dan juga sportifitasnya yang tinggi dalam meraih sesuatu, di samping itu ia gadis yang tidak pongah dengan atribut ke pangkatan disekolahnya dan dengan hasil karyanya yang sudah membuatnya populer di lingkungan sekolah.

“Bagaimana…kamu menerima tantangan ini…?” Keiko akhirnya bertanya karena Ryu tidak juga merespon atau menjawab maksudnya, hanya berdiam seperti patung.

“Hey…Ryu..!” Keiko meninju pelan bahu Ryu yang masih mematung. Sebenarnya Keiko segan menyentuh lelaki dihadapannya tapi ia sudah tidak punya banyak waktu lagi menunggu Ryu menapakkan kakinya ke bumi.

“Aaa…apa..?” Ryu tersentak merasakan aliran listrik menjalar di bahu kirinya walau tinju Keiko pelan tapi itu cukup membuat pikirannya terkumpul kembali.

Keiko mengibaskan selebaran di wajah Ryu dengan tatapan penuh harap. Ryu tersenyum menyadari ia belum mengatakan apa pun setelah Keiko menjelaskan kenapa menantangnya.

***********

Hari senin pada minggu berikutnya :

Keiko & Ryu mulai melakukan pertarungannya dengan menjepret sana-sini tapi yang mengherankan mereka selalu berada di tempat yang sama seperti masing-masing bisa membaca pikiran lawannya. Seperti hari itu pada saat istirahat ke dua di ruang olah raga, ketika Keiko mulai membidikkan kameranya tidak lama datang juga Ryu dan mulai memotret dua orang yang sedang bermain tenis meja. Keiko merasa kesal dengan ulah Ryu yang memotret objek yang sama dengannya. Ia mulai bergerak kesama-kemari mengambil gambar dengan angel yang bagus begitu juga dengan Ryu dan hal ini membuat ke dua siswa yang bermain menatap mereka dengan sorot mata tajam karena merasa terganggu.

“Kalian main saja dan anggap tidak ada apa-apa di sekitar kalian.” Kata Ryu menenangkan ke dua siswa tersebut.

“Iya, benar..kami hanya mengambil gambar saja, jadi lanjutkan mainnya.” Keiko menimpali.

Akhirnya ke dua siswa tersebut bermain kembali namun Ryu dan Keiko bersaing makin sengit di mana Ryu selalu memonopoli objeknya sehingga Keiko kesulitan mengambil dalam angel yang bagus. Keiko tidak hilang akal, ia mengeluarkan badge ketua OSISnya dan meletakkan di sudut meja permainan kemudian menjulurkan lidah ke Ryu yang membuat Ryu mendengus kesal karena Keiko menggunakan kekuasaannya untuk menguasai objek untuk dirinya sendiri.

Keiko merasa menang dan memotret dengan wajah cerah tapi ke dua siswa malah meletakkan bed (raket) tenis meja ke meja dan berlalu dengan muka dongkol.

“Hei kalian mau kemana …?” Seru Keiko

Ke dua siswa tersebut berhenti dan menoleh ke belakang dan salah satu siswa berkata “Kami tidak bisa konsentrasi main kalau ada kalian.”

“Hah….” Keiko hanya bisa melongo melihat ke dua siswa tersebut pergi ke luar ruangan sementara Ryu hanya senyum-senyum masam.

“Makanya jangan sok berkuasa.” Kata Ryu dengan senyum mengejek.

“Apa maksud kamu..?” Keiko seakan tidak menyadari perbuatannya.

“Yaah…pura-pura tidak mengerti, kalau kau tidak mengeluarkan ini…” Ryu mengambil badge Keiko dan melemparkannya kembali ke meja dekat keiko berdiri. “…mungkin mereka masih bermain.”

“Kamu yang mulai, enak saja menyalahkan saya, kalau kamu tidak bertingkah seperti tadi mana mungkin saya berbuat seperti itu.” Keiko mengambil badgenya dan menyimpannya.

“Lagi pula kenapa kamu selalu mengambil objek yang sama dengan saya, huh…sungguh menyebalkan.” Keiko memutar tubuhnya dan beranjak pergi dengan raut muka di tekuk.

Ryu hanya senyam-senyum memperhatikan tingkah Keiko yang menurutnya tambah lucu kalau dia marah.

Karena hari itu mereka lebih banyak berselisih akibat mengambil objek yang sama akhirnya tak satupun dari photo-photo tersebut yang bisa mereka ambil untuk di nilai.

******

Besoknya…

Keiko dengan bersenandung kecil melintasi lantai atas gedung sekolah mereka menuju tempat yang senantiasa membuatnya terpesona sembari memegang kamera. Dengan gesit dia meloncat ke ruang sebelah dan begitu Keiko sampai di sana alangkah kagetnya dia mendapati lelaki jangkung tersebut tersenyum padanya bersandar di tembok memandangi keindahan didepannya.

“Ba..gai...mana…bagaimana kamu bisa ada di sini ?” Keiko berusaha menenangkan batinnya, entah kenapa lelaki ini membuatnya selalu merasa salah tingkah dari pertama kali mereka bertemu.

Ryu hanya tersenyum lebar menanggapi pertanyaan Keiko dan senyum itu seakan menusuk jantungnya karena dia baru pertama kali ini melihat Ryu tersenyum seperti itu, senyum yang membuat orang yang melihatnya bahagia. Keiko terpana seakan banyak kupu-kupu dan bunga sakura beterbangan disekitarnya.

“Keiko….Keii.…Keiko.”

Keiko mendengar suara malaikat memanggil namanya dengan merdu dan memperhatikan dirinya dengan seksama dengan raut muka khawatir, tangannya meraba dahi Keiko. Keiko mengerjap-ngerjapkan matanya ketika tangan itu menyentuh kulitnya seakan ada khalilintar yang menyambarnya dan mengalirkan listrik ke seluruh tubuhnya sehingga sarafnya kembali bekerja.

“Haahh…” Desah Keiko pelan sembari memegang dadanya dengan sebelah tangannya yang bebas berusaha menenangkan deburan ombak yang bergemuruh didalamnya karena Ryu berada begitu dekat dengannya. Keiko berusaha mengalihkan perhatian dengan mencengkeram kameranya lebih erat dan menghindari Ryu dengan berjalan menjauh lalu berhenti mengahadap tembok yang setinggi dadanya, matanya memandang kekejauhan didepannya. Suasana di sekitar gedung ramai, karena gedung sekolah itu terletak di tempat strategis yang tidak jauh dari pusat keramaian dan dibelakang sekolah ada sebuah bukit dan hutan kecil yang masih asri dan masih termasuk areal sekolah.

Ryu mengikuti Keiko dengan tanda tanya berkecamuk dikepalanya, ada apa dengan gadis ini ? batinnya. Ryu akhirnya memutuskan menunggu Keiko tenang dan mengambil posisi di samping Keiko, setelah dilihatnya wajah Keiko sudah ceria kembali baru ia bertanya.

“Kamu sudah baikkan ?”

“Ah..aku…?” Keiko bertanya menunjuk kedirinya yang di sambut anggukan kepala oleh Ryu.

“Aku tidak apa-apa.” Keiko tersenyum menoleh sekilas ke Ryu lalu kembali memandang kekekajauhan dan pura-pura sibuk mengatur kameranya.

“Kamu yakin tidak apa-apa..?” Ryu masih berusaha meyakinkan. “Aku khawatir melihatmu tadi karena waktu aku panggil kamu tidak bergeming seperti shock atau …apa …” Ryu tidak melanjutkan kata-katanya karena kejadian barusan tergambar jelas dikepalanya tapi yang aneh kenapa pipi Keiko memerah pikirnya.

Pipi Keiko kembali memerah seperti udang rebus mendengar kata-kata Ryu, berarti yang memanggilnya tadi bukan malaikat melainkan… Oh tidak …!!! Jerit Keiko dalam hati.
Dengan susah payah Keiko menyembunyikan wajahnya dan deburan ombak di dalam dadanya. Kenapa jadi begini.. batinnya. Ia masih berpura-pura asik mencari sudut yang bagus dan tidak memperhatikan pertanyaan Ryu yang bertentangan dengan isi hatinya.

“Keikoo…” Panggil Ryu lembut dan terdengar seperti bisikan tapi Keiko mendengarnya sejernih air sungai yang mengalir tenang di tengah kebisingan bawah gedung.

Keiko melihat sekilas ke arah Ryu tapi walaupun hanya sekilas dan tertutup dengan lengan dan kameranya tapi Ryu sempat melihat pipi Keiko bersemu merah seperti tadi yang membuatnya semakin penasaran.

“Keiii..!” Ulang Ryu agak keras dan ini berhasil mengalihkan perhatian Keiko dari kegiatannya. Ryu tersenyum melihat Keiko menatapnya dan senyum itu seakan tidak mau menghilang terus terukir di wajahnya… Oh Tiiidaaaak, jangan tersenyum seperti itu. rutuk Keiko dalam hati, membuat Keiko semakin serba salah tapi bukan Keiko jika tidak bisa menampilkan wajah dingin dan tenang.

“Bisa tidak anda menghentikan pembicaraan ini, saya sudah katakan SAYA BAIK-BAIK SAJA...” Keiko meninggikan suaranya seakan lagi kesel dan marah dengan bicara formal untuk menutupi kegalauan perasaannya. “Jadi anda tidak perlu lagi mempertanyakan hal yang sudah jelas. Saya ke sini mau mengambil gambar yang bagus bukan untuk mendengar kepedulian anda atau …” Keiko mengangguk-anggukan kepala menatap Ryu dengan sorot mata marah. “… anda sengaja bersikap seperti ini untuk mengecoh saya sehingga saya tidak memperoleh gambar yang bagus.”

Ryu terperanjat mendapat sambutan yang jauh dari menyenangkan dari Keiko, bagaimana gadis ini bisa berubah secepat itu, pikirnya. Ryu tidak ada niat untuk mempermainkan atau apapun, dia tulus peduli dan khawatir tapi Keiko malah beranggapan lain.

“Aish…aku tidak ada maksud…” Ryu menghentikan kalimatnya mendapat tatapan melotot dari Keiko, sepertinya percuma menjelaskannya.

“Ok…terserah apa anggapanmu tapi harus kamu ingat aku tidak seperti itu.” Kata Ryu

Keiko membuang muka dan Ryu membalikkan badannya kesel lalu beranjak ke pojok mengambil tas yang diletakkannya di sana.

Mereka berdua diam cukup lama dan masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri menatap ke langit biru yang cerah.

Wajah ke dua remaja itu tiba-tiba bersinar cerah dan menoleh ke arah lawannya sambil berkata :

“Bagaimana kalau..” secara bersamaan, kemudian keduanya tersenyum.

“Silahkan … lady first.” Ryu mempersilahkan Keiko

“Bagaimana kalau kita berlomba dengan tema yang sama yaitu matahari terbenam … ?” Tanya Keiko

“Apa kamu bisa membaca pikiranku..” Sahut Ryu dengan senyum kecil seakan berbisik.

“Apa…?” Keiko ingin memperjelas.

“Ehm..tidak…Aku juga berpikiran yang sama denganmu tapi di mana..?” Ryu melihat ke bawah dan kesekitarnya.

Keiko hanya tersenyum dan tidak menjawab, ia melirik arlojinya lalu beranjak pergi meninggalkan Ryu sendiri.

Ryu menyadari Keiko sudah tidak ada ditempatnya buru-buru pergi.

(  - ^ -  )

Jumat, 13 Januari 2012

HAPPILY EVER AFTER ~ Part 1


Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau. Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita. (Kahlil Gibran)


Pagi 07.13
Suasana pagi hari itu riuh dengan suara siswa-siswi yang bercerita dan bersenda gurau, ada yang lagi sedih & juga ada yang lagi bahagia menunggu bel tanda masuk berbunyi dengan berdiri di lorong-lorong antara ruang kelas, di halaman, di teras maupun di dalam ruang kelas.
Begitu bel berbunyi, lorong-lorong, halaman dan teras langsung sepi hanya beberapa siswa yang lari terburu-buru menuju ke kelasnya masing-masing.


09.15 bel berdentang menandakan istirahat berbunyi, lorong-lorong yang sepi menjadi ramai lagi dengan siswa-siswi. Beberapa siswa & siswi berjalan menuju sebuah ruangan yang berada di lantai 3 gedung sekolah itu. Ruangan itu hanya berukuran 3x4m2 di dalam ruang itu bergantungan photo-photo yang beraneka ragam, ruangan itu terbagi 2 yang disekat seadanya namun ruang dibagian dalam itu gelap hanya cahaya merah redup yang menerangi, perabot di dalam ruang itu hanya meja sepanjang dinding belakang yang di atasnya terdapat beberapa wadah persegi panjang yang berisi cairan dan dindingnya terdapat photo-photo yang dijepit dengan penjepit di seutas tali yang terbentang sepanjang dinding.
2 orang siswi & seorang siswa itu begitu masuk ke dalam ruangan tersebut langsung sibuk dengan kegiatan masing-masing sampai bel masuk berbunyi.


11.45 seorang siswi keluar kelas dengan terburu-buru diantara siswa-siswi yang bergerombol di pintu kelas. Di belakang siswi tersebut seorang siswa berkacamata dengan tubuhnya yang tinggi dan wajah yang tidak bisa dikatakan jelek memanggil namanya sembari berjalan mengikuti.

”Kei....kei.....keiko !”

Siswi yang bernama Keiko itu pura-pura tidak mendengar dan terus saja berjalan dengan cepat, ia selalu menghindar jika Kotaro mengajaknya makan siang, jalan-jalan berdua atau nonton. Keiko sudah curiga kalau Kotaro akan mengajaknya ke kantin karena tadi tanpa sengaja ia mendengar si Emi mengajak Kotaro tapi Kotaro menolaknya dengan alasan sudah ada janji dengan seseorang dan Keiko tahu pasti kalau seseorang itu adalah dirinya.

Di ujung lorong Keiko berbelok ke kiri bermaksud menuju tangga ~ sekolah itu berbentuk U dan di ujung lorong di antara dua sisi ada tangga ~ tetapi karena tidak memperhatikan jalan ia menabrak sesuatu bukan sesuatu tepatnya seseorang dan tanpa disadarinya ada yang terjatuh. Dengan cepat ia berdiri tanpa melihat siapa yang ditabraknya dan sebelum melangkah ia hanya berucap.. ”Maaf saya sedang terburu-buru”
Kemudian Keiko berlalu menuju tangga dan naik ke atas tanpa menoleh lagi. Orang yang ditabraknya atau menabraknya hanya melongo melihat tingkah Keiko tapi belum sempat ia berucap sepatah katapun Keiko sudah menghilang di anak tangga paling atas.
Ketika melangkah ia melihat sesuatu di sudut anak tangga yang berkilauan terkena cahaya matahari. Dipungutnya benda itu dan ketika diperhatikannya dengan seksama ia tersenyum dengan pancaran mata penuh arti.


Keiko menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan dirinya, jantungnya berdetak cepat tapi lama kelamaan detaknya mulai teratur kembali. Setelah tenaganya pulih mata Keiko menyapu atap gedung sekolah, tidak ada siapa-siapa di situ, kadang-kadang ada siswa yang bersembunyi untuk merokok di situ supaya tidak ketahuan guru namun seiring waktu berjalan dengan banyaknya siswa-siswi yang suka bersembunyi di atas gedung maka pihak sekolah melarang siapapun & memberi sanksi bagi yang kedapatan melakukan hal-hal yang di larang pihak sekolah di atas gedung itu. Keiko melangkah mendekati tembok yang tingginya satu meter di samping ruangan yang satu-satunya ada di situ. Ia meletakkan kameranya hati-hati di atas tembok kemudian memanjat tembok tersebut, begitu sudah sampai di tempat yang di tuju ia tersenyum bahagia. Walaupun sinar matahari terasa terik di kulitnya tapi melihat pemandangan berbagai macam bunga dan tumbuhan dalam pot yang berjejer rapi dan terawat yang ada di atas atap itu membuatnya melupakan segalanya.
Setelah puas menikmati keindahannya, Keiko mulai mengabadikannya. Walaupun sudah beberapa kali ia ke sana dan selalu memotretnya, ia merasa tidak pernah puas untuk mengabadikannya.

( - ^ - )

Di laboratorium Photography

Kotaro memperhatikan Keiko dengan ujung matanya, gadis itu masih asik mengutak-atik kamera dan menghubungkannya dengan computer satu-satunya yang ada di ruang itu lalu sibuk mengklik mouse dan menggeser-geser cursor di layar monitor tanpa menyadari sepasang mata memperhatikannya dari dia masuk ke ruangan itu.

Keiko gadis yang manis dan cantik walau tidak secantik bintang film tapi ada sesuatu yang membuat lelaki yang memandangnya ingin memilikinya dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi bahkan bisa dikatakan mungil, kulitnya putih mulus dan rambut pendek.

Keiko gadis yang periang tetapi selalu menutup diri dengan lelaki yang berusaha mendekatinya untuk dijdikan pacar, banyak siswa yang mundur jika berhadapan dengan Keiko, walaupun kelihatannya ia orang yang pendiam tapi ia disegani oleh siswa-siswi di SMA itu bukan karena dia ketua OSIS tapi karena memang karakternya yang akan melakukan apapun untuk menegakkan kebenaran sampai tuntas dan apa yang menurutnya benar.  

Kotaro sudah dari pertama kali bertemu dengan Keiko langsung jatuh cinta, ia berusaha dekat dengan Keiko untuk menyatakan perasaannya namun ia tidak punya nyali setelah beberapa lama mengenal Keiko di samping sikap Keiko yang selalu menghindar jika pembicaraan menjurus ke hal pribadi. Sudah 3 tahun mereka berteman dan melakukan ekstrakurikuler yang sama yaitu photography tapi sedikitpun Keiko tidak pernah menampakkan perubahan sikap kepada Kotaro.

Seperti hari ini, Kotaro berencana mengajaknya makan di kantin waktu istirtahat pertama tapi Keiko langsung menghilang entah kemana, dia sudah berusaha tidak terlalu kentara menunjukkan perasaannya yang sebenarnya tetap saja Keiko menghindarinya dan terpaksa dia menerima ajakan Emi yang jelas berusaha menggaetnya.

******

Dua minggu kemudian…

13.30 Pelajaran terakhir sudah selesai dan semua kelas sudah sepi hanya beberapa siswa-siswi yang masih berkeliaran di lorong sekolah menuju ruang serbaguna di mana sudah banyak siswa-siswi yang berada dalam ruang itu dan beberapa guru. Hari ini pembukaan acara dalam rangka ulang tahun sekolah mereka yang tiap tahun diadakan.

Panitia mempersilahkan semua siswa-siswi, guru & tamu untuk menempati tempat duduk karena acara sudah akan dimulai. Semua orang segera bergerak sesuai intruksi dan suasana mulai hening begitu pembawa acara mulai membuka acara.

Setelah semua sambutan dan diselingi acara hiburan yang di isi oleh semua siswa-siswi dengan berbagai macam kegiatan mulai dari tarian, nyanyian dan band serta drama yang disambut meriah oleh penonton, kemudian acara di akhiri dengan pengumuman pemenang photography dengan tema kegiatan sekolah selama setahun terakhir.

Kotaro sebagai ketua panitia lomba photography mengumumkan nama-nama pemenang dan meminta para pemenang naik ke panggung untuk menerima hadiah.

Sementara selama acara Keiko sibuk membidikkan kamera nikonnya untuk mengabadikan momen-momen yang penting, bergerak ke sana ke mari mencari posisi yang bagus sehingga ia tidak begitu memperhatikan langkah dan menyenggol seorang siswa yang duduk di pojok dan menjatuhkan kertas milik siswa tersebut. Keiko berjongkok memungut kertas dan terdiam sejenak memegang kertas berukuran postcard yang terasa aneh menurutnya dan Keiko tersentak ketika mendengar celetukan or tepatnya sindiran “Photo begitu kok bisa menang sih, aku bisa melakukan lebih bagus dari itu” Keiko yang sudah tegak berdiri mendongakkan kepala ke arah panggung yang menampilkan photo pemenang pertama lomba photography dan sontak wajahnya membeku dan kemudian bibirnya mengerucut ke depan dengan wajah masam. Keiko menoleh ke arah suara dan melihat wajah siswa yang tersenyum dan sorot mata menantang. Siswa tersebut membuka sebelah telapak tangannya dan mengarahkan pandangan ke tangan Keiko yang memegang kertas, amarah Keiko sudah membuncah minta dikeluarkan melihat tingkah siswa tersebut, mulutnya sudah terbuka Kamuu….”  Tapi belum sempat kata-katanya keluar semua terdengar panggilan dari Kotaro dan wajah-wajah yang menatapnya dengan pandangan bertanya. Keiko mengalihkan pandangan dari orang-orang yang menatapnya ke siswa disampingnya dan ke Kotaro. Kotaro memberi isyarat untuk secepatnya naik ke panggung karena pemenang yang lain sudah menunggu.

Akhirnya Keiko dengan mendesah berat “Hhhhh…” beranjak ke panggung setelah melihat sekilas ke siswa yang masih nyengir penuh kemenangan yang di balas Keiko dengan senyum mengejek dan mengibaskan kertas yang dipegangnya dan memasukkan ke kantong seragamnya. Siswa tersebut terkejut dengan reaksi Keiko dan hanya bisa tersenyum kecut menatap punggung Keiko yang semakin menjauh.

( - ^ - )

17.00 Acara sudah selesai dari tadi hanya tinggal beberapa siswa-siswi yang masih membenahi peralatan termasuk Keiko. Setelah semua beres, Keiko meminta teman-temannya pulang duluan sementara dia mengantar kunci ruang serbaguna ke penjaga sekolah.

Keiko berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah dengan bersenandung sembari memotret jika ada yang dianggapnya menarik, Keiko berhenti melangkah karena ada sebuah bola menggelinding melewatinya. Keiko mengarahkan pandangan ke arah datangnya bola basket tersebut, ada beberapa siswa yang sedang bermain basket masih menggunakan seragam yang kancing kemejanya sudah terbuka sebagian menampakkan setengah bagian tubuh atas mereka yang penuh butiran keringat berkilauan tertimpa sinar matahari sore.

Seorang siswa berjalan kearahnya, Keiko tidak bisa melihat jelas wajah siswa itu karena terhalang cahaya matahari, siswa itu cukup tinggi malah lebih tinggi dari rata-rata siswa. Keiko melindungi pandangannya dengan sebelah tangan & kelopak matanya otomatis mengecil untuk melihat dengan jelas siswa tersebut tetapi usahanya sia-sia namun Keiko seperti tidak asing dengan postur badan siswa tersebut.

“Ada apa ?”

“Apaaa..?!”

“Aish…” Nih gadis kenapa sih di tanya kok balik bertanya

“Ada apa kamu melihatku seperti itu..? Apa kamu berpikir akan menjadikan tubuhku objek mu..?”
Siswa tersebut tersenyum dengan sorot mata jahil melihat ke arah kamera di tangan Keiko dan tubuhnya yang berdiri 2 langkah didepannya.

 “APAAA!!” Keiko menyadari arti pandangan lelaki dihadapannya menjadi kesel.
“Eh, jangan kepedean ya, siapa sudi menjadikan situ sebagai objek…lebih bagus bola yang ada di situ daripada tubuhmu.” Mulut Keiko mengarah ke bola yang sudah berhenti beberapa langkah dibelakangnya dan langsung menjepretnya. Kemudian dia melangkah pergi tapi sebelumnya menoleh ke arah siswa yang ada didepannya memiringkan bibirnya dan mengeluarkan lidahnya.

Siswa tersebut hanya bisa tersenyum kecut dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat tingkah gadis yang sudah menjauhinya dan melanjutkan maksudnya semula.

Setelah mengambil bola, siswa tersebut yang tidak lain adalah Ryuzoma, siswa pindahan dari Tokyo yang sudah 1 bulan bersekolah di sana. Ia terpaksa pindah ke SMA Kyoto karean ibunya menikah lagi dengan seorang pria yang punya bisnis di Kyoto setelah 10 tahun ditinggal pergi selamanya oleh ayahnya.
Awalnya ia tidak begitu suka dengan sekolah tersebut dan selalu membanding-bandingkan dengan sekolahnya dulu tapi lambat laun ia mulai bisa menerima kepindahannya dan dua minggu terkahir ini malah bersemangat sekolah dan tidak ingin terlambat pergi sekolah atau ketinggalan setiap acara yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Penyebabnya adalah dua minggu yang lalu ia bertemu dengan siswi yang banyak diceritakan teman-temannya tapi belum pernah bertatap muka langsung hanya pernah melihatnya sekilas dari jauh karena kelas mereka berbeda, namun setelah ia bertemu langsung dengan cara yang tidak di duga, bayangan gadis itu selalu menghiasi malamnya.

Ryu merogoh saku celananya dan mengeluarkan leontin berbentuk hati, dipandanginya leontin tersebut dengan lembut, kepalanya dipenuh dengan kejadian dua minggu lalu.

Beberapa lama Ryu masih berdiri terpaku dengan bola terjepit di pinggang di tahan lengan kirinya dan di telapak lengan kanannya masih memegang leontin, teriakan teman-temannya dihiraukannya, sampai sebuah suara membuyarkan lamunannya “Hey Ryu…” dan ia tersentak dan buru-buru menjejalkan leontin ke saku celana.