Rabu, 07 Maret 2012

Home » HAPPILILY EVER AFTER ~ Part 4

HAPPILILY EVER AFTER ~ Part 4

Hari sudah malam dan waktu menunjukkan pukul 20.00 ketika Kotaro sampai di apartemen Keiko tinggal, sejenak ia hanya mengamati apartemen itu lalu memencet bel kemudian namun setelah beberapa lama tidak terdengar suara dan langkah kaki, berkali-kali kemudian bel di pencet tapi tetap tidak ada yang membuka pintu dan dari lubang kunci terlihat apartemen itu gelap. Kotaro mendengus kesal tidak menyadari kemungkinan Keiko pergi ke toko membantu ibunya.

<<>>

Di toko, ibu Keiko senyam senyum membayangkan putrinya mengenakan gaun yang sudah cukup lama dibelikannya tapi belum sempat diberikan karena ia tahu Keiko tidak suka menerima hadiah walaupun di hari ulang tahunnya jika memang menurutnya itu tidak penting dan lebih baik uangnya di simpan tapi kali ini hadiah itu tidak perlu menunggu lebih lama lagi karena putrinya sekarang lagi perlu dan dipakai pada hari ulang tahunnya membuatnya sangat senang hadiahnya tidak sia-sia.
Ia sebenarnya akan pulang cepat untuk membuatkan makanan kesukaan Keiko di hari ulang tahunnya tapi karena putrinya sedang ada acara maka ia menundanya dan karena asyik melamun tanpa sadar waktu sudah 20.15 segera ia bangkit dan membenahi barang dan menutup pintu toko, ketika ia akan menutup pintu Kotaro menyapanya dan menanyakan Keiko. Mengetahui Keiko tidak ada di toko Kotaro menjadi khawatir tapi ibu menenangkan mungkin Keiko sedang ke luar membeli sesuatu dan kemudian ia menitipkan sesuatu untuk Keiko.

<<>>

Ibu Keiko pulang mendapati apartemen gelap gulita, setelah lampu menerangi apartemen, ibu beranjak mencari Keiko di kamarnya dan ia temukan Keiko tertidur dengan ruangan kamar yang gelap.

Ibunya hanya menggelengkan kepala dan mematikan dan menyalakan lampu tidur di atas nakas, membetulkan selimut, memandang wajah Keiko sebentar kemudian mengecup alisnya sembari berucap “Selamat ulang tahun sayang”, sebelum menutup pintu ia kembali menoleh ke Keiko yang tertidur pulas meringkuk seperti bayi dengan senyum bahagia.

<<>>

Pagi harinya Keiko bangun dengan badan lemas karena sepulangnya dari acara Ryu, ia tidak makan apapun dan karena menangis terus menyesali sikapnya hingga tertidur dan sekarang ia merasa sangat lapar.

Keiko ke luar kamar setelah mencuci muka dan mendapati ibunya sudah menyiapkan sarapan. Ibunya hanya tersenyum melihatnya dan mengajaknya sarapan walaupun ada yang lain pada Keiko tapi tidak dihiraukannya karena ia tahu putrinya tidak suka diberondong pertanyaan jika tidak dirinya sendiri yang mulai bercerita.

Mereka sarapan dalam diam setelah ibu memberi ucapan selamat ulang tahun yang hanya di sambut senyum kecil oleh Keiko dan setelah selesai mereka membersihkan bekas sarapan juga dalam diam hanya sesekali ibunya berbicara tentang pembeli di toko mereka.

Setelah sarapan dan membantu ibunya, Keiko kembali masuk kamar dan lama tercenung duduk di depan meja belajarnya hingga ketukan di pintu menyadarkannya. Ibunya masuk dan membawa kotak titipan Kotaro dan meletakkannya di depan Keiko.

“Apa kamu sakit, nak ..?” Tanya ibu khawatir melihat putrinya terduduk lesu lalu meraba dahi Keiko yang terasa hangat.

“Lebih baik kamu istirahat, tidak ada yang pentingkan harus kamu lakukan di sekolah ? Nanti ibu telpon Kotaro untuk menyampaikan ke pihak sekolah.” Keiko masih tetap diam tidak bereaksi hingga membuat ibunya khawatir.

“Apa perlu ibu temani di rumah ? Toko sehari tutup kan tidak apa-apa. Tunggu sebentar ibu ganti pakaian.”

Melihat ibu hendak membuka pintu Keiko menoleh dan memanggilnya.

“Saya tidak apa-apa, ibu pergi saja jangan khawatir setelah istirahat juga pasti baik kok.” Keiko tersenyum menenangkan keibunya.

“Baiklah kalau begitu, kalau ada apa-apa cepat hubungi ibu ya..” Kata ibu setelah menatap ke dalam mata Keiko mencari kepastian, kemudian mendekati Keiko yang menganggukkan kepala dan memeluknya.

“Ibu..”

“Hhm..”

“Ibu bisa kan mengabari sekolah tentang saya tidak harus lewat Kotaro, saya tidak mau merepotkannya.” Ucap Keiko menengadah menatap ibunya yang mengangguk pelan.

“Ibu pergi ya Keiko dan istirahat, makan siang sudah ibu siapkan, jika panasmu tidak turun juga minum obat penurun panas yang ada di kotak obat.” Pesan ibu sebelum membuka pintu kamar.

“Oh ya..itu titipan dari Kotaro..” Ibu menunjuk kotak berpita dihadapan Keiko yang diabaikannya dari tadi.

“Kotaro tadi malam kemari tapi karena tidak ada yang bukakan pintu ia menyusul ke toko. Anak itu kelihatan khawatir sekali lho Kei mengetahui kamu tidak ada di toko.” Ujar ibu sebelum ke luar kamar kemudian menghilang di balik pintu.

Keiko hanya menatap dingin kotak yang dia yakin bukan dari Kotaro karena Kotaro tahu Keiko tidak mau menerima kado diultahnya,itu pasti kado dari Ryu. Mengingat nama Ryu, kekesalan dan kemarahannya Keiko makin membuncah tanpa membuka apa isi kotak itu ia langsung menghempaskannya ke lantai, merasa perasaannya masih juga sama diambilnya kotak yang sudah penyok di beberapa bagian itu kemudian membuangnya ke tempat sampah yang ada di bawah meja dengan air mata yang tanpa disadarinya mulai bercucuran.

<<>>>

Hari berlalu menjadi minggu, pengumuman kelulusan sudah diumumkan dan besok lusa akan diadakan pesta perpisahan bagi anak kelas 3, Keiko memasuki ruang Osis, menatap berkeliling ke dalam ruangan itu lalu membuka locker dan mengeluarkan isinya, memilah barang yang akan dibawanya pulang dan sisanya diserahkan ke ketua Osis yang baru.

Keiko berkeliling ruangan gedung sekolah dan berlama-lama di tempat ia sering bersama Ryu yang sampai sekarang tidak diketahuinya kabarnya dan Ryu juga tidak pernah mengabarinya atau mungkin ada tapi ia sendiri tidak ingin mengetahuinya atau mendengarnya, ia benci dengan Ryu karena tidak berterus terang padanya terutama ia lebih benci pada dirinya sendiri yang larut dengan perhatian Ryu.

Kotaro yang beberapa hari terakhir berusaha menemuinya tapi selalu dihindarinya akhirnya bertemu dengan Keiko di lab. photografi waktu membereskan semua barangnya, mengajak untuk pergi ke pesta perpisahan bersama tapi ia menolaknya dengan halus beralasan sudah ada janji dengan yang lain, sebenarnya ia tidak ingin datang ke pesta, ia ingin melupakan kenangannya bersama Ryu di sekolah itu walaupun kebersamaan mereka hanya beberapa bulan tapi sangat membekas dihatinya.

#>>><<<#

3 tahun kemudian

Kotaro memperhatikan Keiko yang sedang mengedit hasil jepretannya dengan raut datar, setelah pesta Ryu, Keiko berubah drastis, yang dulunya ceria menjadi pendiam dan sering terlihat murung, menjalani hidup tidak bersemangat seperti separuh hidupnya hilang, menjalani kesehariannya hanya sekedar tidak ingin ibunya cemas dan khawatir dengan dirinya.

Keiko menjalani hari-harinya yang konstan dan monoton setiap hari tanpa berkeluh kesah dengan raut datar dan terkesan dingin. Setiap pagi kuliah dan setelahnya kerja paruh waktu di beberapa tempat atau jika libur membantu menjaga toko atau berdiam diri dikamarnya. Hal ini membuat ibunya khawatir dan cemas dengan sikap Keiko sehingga sering menyindirnya dengan halus dan menyuruhnya pergi dengan Kotaro menikmati masa muda tapi Keiko menanggapi dingin setiap Kotaro bertandang ke apartemen yang di sambut hangat ibunya.

Kotaro, lelaki yang termasuk tampan, baik, sopan santun terhadap orang tua dan sabar, sudah mapan di awal 20, ibu mana yang tidak ingin menjadikannya menantu termasuk ibu Keiko sehingga mendukung Kotaro untuk mendapatkan putrinya.

Kotaro dengan bantuan dan dukungan ibu Keiko berusaha membuat Keiko ceria seperti sebelumnya, dengan lebih perhatian dan berusaha selalu ada jika Keiko mendapatkan kesulitan tapi usaha mereka sampai saat ini belum berhasil, kebanyakan tiap Kotaro ke apartmen Keiko yang menemui dan menemani malah ibunya bukan Keiko karena Keiko menyibukkan diri dengan tugas kuliah dan kerja sampingannya di beberapa tempat bahkan ajakan-ajakannya untuk sekedar nonton atau makan malam di luar ditanggapi dingin oleh Keiko hanya sesekali Keiko mau itu juga karena desakan ibunya. Awalnya Kotaro menawarkan Keiko kerja di studio photo yang dikelolanya agar Keiko tidak kerja di tempat lain dan bisa dipantaunya tapi rupanya harapannya tidak sejalan dengan Keiko dan disinilah mereka di studio photo yang didirikan oleh saudaranya yang diserahkan ke tangan Kotaro untuk di kelola ketika Kotaro lulus sekolah.

Keiko menyadari Kotaro memperhatikannya dari tadi hanya saja diabaikannya, perhatiannya hanya terpusat pada layar computer didepannya, ia tidak ingin memberi harapan pada Kotaro walaupun disadarinya lelaki itu sudah lama menyukainya dan tidak pernah menyerah untuk mendapatkannya tetapi hatinya sudah tertutup.

>><<

Beberapa bulan terakhir setiap ada waktu senggang Keiko mengisinya dengan duduk di sebuah restoran kecil yang menyajikan live music, awalnya ia tidak suka duduk di restoran sembari menikmati live music tapi suatu hari ketika sedang suntuk Keiko melewati restoran itu ia mendengar suara seksofon yang menarik hatinya apalagi music yang dialunkan menggambarkan suasana hatinya yang lagi muram dan ternyata yang memainkannya adalah Takuya Kawami, teman sekolahnya dulu, jadi disinilah sekarang Keiko setiap ia punya waktu luang.

Takuya tersenyum melihat Keiko duduk ditempatnya biasa dari panggung kecil tempatnya bermain seksofon, beberapa minggu terakhir ini Takuya bersemangat dan menghayati sekali permainan seksofonnya, apalagi gadis yang duduk di kursi roda di samping meja Keiko sering request lagu.

Keiko melangkah pelan menyusuri jalan setelah terdiam sejenak di depan restoran, ia menghentikan langkahnya ketika seseorang memanggil namanya. Keiko menoleh ke arah suara tanpa membalikkan badannya, Takuya berlari kecil menyusulnya. Takuya mengatakan maksudnya setelah berada di samping Keiko dengan aura memohon, begitu Keiko menganggukkan kepalanya senyum cerah menghias wajah Takuya.

Minggu berikutnya Keiko kembali ke restoran kecil tersebut dan mendapati gadis berkursi roda itu sudah ada di meja seperti biasa menikmati permainan seksofon Takuya. Setelah selesai satu lagu Keiko pindah duduk di meja gadis berkursi roda dan terlihat berbincang serius yang tidak luput dari pengamatan Takuya dari atas panggung.

>><<

Suatu hari Keiko menerima undangan reuni sekolahnya yang akan diadakan 2 minggu ke depan. Lama dipandanginya undangan tersebut di mana pikirannya melayang kembali ke zaman masih SMA dan kenangan bersama Ryu kembali terkuak yang selama ini belum bisa dilupakannya. Keiko hanya menyimpan undangan tersebut ke dalam laci meja tanpa mengkonfirmasi akan kehadirannya di reuni tersebut.

>><<

Keiko dan rekannya sibuk mempersiapkan latar untuk pemotretan iklan yang dilakukan Kotaro di studionya, pemotretan itu memakan waktu cukup lama.
Hari sudah malam ketika pekerjaan mereka selesai dan beberapa rekannya sudah pulang tinggal Keiko masih membereskan pekerjaannya. Kotaro yang sedari tadi memperhatikan Keiko dari jauh mendekatinya.

“Apa masih belum selesai..?” Tanya Kotaro di samping Keiko.

“Hm…sedikit lagi.” Sahut Keiko tanpa menoleh dan masih sibuk memelototi layar didepannya.

“Sekolah kita akan mengadakan reuni, apa kamu sudah dapat undangannya ?” Tanya Kotaro memperhatikan aura Keiko yang datar dan dingin.

“Iya sudah.” Jawab Keiko singkat masih seperti tadi.

“Apa kamu … berencana datang ?” Tanya Kotaro hati-hati masih memperhatikan Keiko.

Keiko terdiam sejenak kegiatannya terhenti dan pikirannya menerawang entah kemana dengan tatapan kosong. Kotaro merasa dadanya sesak melihat Keiko masih tidak bisa melupakan Ryu. Sementara Ryu sendiri setelah menitipkan kado buat Keiko pergi ke Amerika malam itu juga dan sampai saat ini tidak ada kabar beritanya.

“Keiko…?” Panggil Kotaro cemas.

“Akh…oh…saya belum tahu.” Sahut Keiko datar kembali menekuni pekerjaannya dan satu menit kemudian mematikan computer dan merapikan meja lalu pamit pulang tanpa menyadari Kotaro yang menatapnya sedih.

“Keiko…sampai kapan kamu seperti ini..?” Ucap Kotaro setelah kepergian Keiko dengan sedih.

>><<

Keiko sudah beberapa minggu terakhir tidak pernah lagi ke restoran kecil tempat Takuya bermain seksofon karena sibuk dan juga ia tidak tahu harus mengatakan apa pada Takuya atas permintaannya dulu.
Beberapa kali Takuya mencarinya ke toko dan ibunya harus berbohong jika Keiko ada di toko hingga ibu merasa kasihan pada Takuya tapi Keiko tetap bersikeras tidak ingin Takuya menemuinya.

>><<

Keiko sudah berada di halaman SMA menapaki sekolah itu mengingat semua kenangan yang pernah dilewatinya di sana. Awalnya ia tidak ingin pergi tapi entah kenapa tiba-tiba dirinya ingin ke mari. Teman-temannya banyak yang sudah berubah, ada beberapa kelompok anak sekolah yang berkeliaran di sana minta dukungan untuk kegiatan extra kurikuler mereka yang kekurangan dana dan tidak mendapat sambutan baik dari pihak sekolah.

Keiko terhenti di tempat biasa ia melihat Ryu bermain basket, beberapa orang dibelakangnya menceritakan Ryu. Ada yang bilang Ryu sudah menikah, ada juga yang mengatakan dia penyuka sesama jenis sehingga malu untuk datang tapi ada juga yang bilang Ryu akan datang karena sudah pulang dari Amerika sejak beberapa bulan lalu. Keiko melanjutkan langkahnya tidak ingin lagi mendengar obrolan teman-temannya tentang Ryu.

Tanpa disadarinya ia sudah sampai di bukit belakang sekolah, tempat mereka dulu berlomba memotret sunrise. Keiko menatap ke langit biru dan kenangan dulu ketika mereka berada di sana membayang dimatanya. Keiko menoleh ke belakang mendengar suara ranting kering terinjak dan matanya menangkap sosok yang selama ini dirindukannya berdiri beberapa langkah dibelakangnya dengan senyumnya yang menawan. Keiko terpana ditempatnya, menatap dalam diam seakan tidak mempercayai penglihatannya namun sosok lelaki itu mendekatinya dan jarak antara mereka semakin sempit. Lelaki itu mengulurkan tangannya dan Keiko tanpa sadar menyambutnya dengan pandangan masih ke depan tanpa berkedip.

“Ternyata kamu masih mengingat tempat ini..” Kata Ryu mengedarkan pandangannya.

“Kamu juga.” Sahut Keiko mengikuti Ryu menyusuri bukit dengan matanya, senyum ceria tersamar dibibirnya.

>><<

Setelah pulang dari reuni Keiko mencari kado pemberian Ryu yang sudah dibuangnya ke tempat sampah tapi setelah berminggu-minggu tidak di buang dan di simpan oleh ibunya di dalam laci.

Dibukanya kotak putih yang sudah mulai kusam dan tidak utuh lagi, didalamnya ada kamera Polaroid dan beberapa photo polaroid dirinya yang dibelakangnya ada tulisan tangan Ryu. Photo-photo itu dalam berbagai pose dan suasana yang berbeda, ada dirinya yang lagi tersenyum menatap ke depan dengan tulisan dibelakangnya senyumnya mengalihkan duniaku, dirinya masuk ke bus ~ gadis sederhana yang mulai kusuka, dirinya tertidur di bus ~ kegiatan yang berjibun menyita waktu istirahat manisku, dirinya yang tertidur di bahu Ryu malam waktu mereka menunggu di bukit belakang sekolah ~ aku rela jadi sandarannya dan akan selalu membuat gadis yang kucintai tersenyum bahagia dan menemaninya seumur hidupku.

Keiko terpana menatap photo-photo tersebut dan selama ini ia berpikir Ryu hanya mempermainkannya. Waktu ketemu tadi Ryu tidak bertanya macam-macam hanya menanyakan apakah Keiko menyukai hadiahnya dan apa tanggapan Keiko terhadap hadiah darinya. Ketika Keiko tidak menjawab, Ryu hanya tersenyum penuh arti dan mengajaknya jalan-jalan tanpa bertanya lagi seperti memberi waktu Keiko untuk berpikir sebelum menjawabnya. 

>><<

Keiko menerima Ryu ketika mereka bertemu lagi setelah acara reuni sekolah, di mana Ryu menjelaskan kesalahpahaman dulu sebelum keberangkatannya ke Amerika dan waktunya kali ini akan dihabisknya bersama Keiko dan ia berjanji tidak akan meninggalkan Keiko lagi. Keiko tersenyum haru dan memeluk Ryu dengan erat, Ryu merenggangkan pelukannya, tangannya menangkup wajah Keiko dan menghapus bulir bening yang menetes di pipi Keiko dengan ibu jarinya. Mereka saling menatap cukup lama menyelami hati masing-masing lewat sorot mata tanpa melepaskan pelukan. Ryu mendekatkan wajahnya dan kemudian mencium kening Keiko lalu ke dua pipi, hidung dan berakhir di bibir, saat itu mereka hanyut dengan perasaan bahagia dan hasrat masing-masing lewat ciuman yang dalam dan bergelora.

Hari-hari berikutnya senyum dan kecerian Keiko kembali seperti dulu, ibunya sempat kaget dan heran tapi juga senang karena putrinya tidak pemurung lagi. Keiko sering berjalan berdua dengan Ryu, makan siang, belanja di mall, rekreasi ke tempat hiburan, nonton film dan semua kegiatan yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih.

Awalnya Ryu sempat lama menunggu di apartemen Keiko untuk mengajaknya ke luar tapi karena Keiko sibuk dan jarang di rumah dan Ryu tidak tahu jadwalnya sehingga Keiko memberinya jadwal kuliah dan kerjanya supaya Ryu bisa mengajaknya sewaktu-waktu dan menjemputnya jadi tidak perlu menunggu tanpa kejelasan.

Rekan kerja Keiko termasuk Kotaro di buat heran oleh perubahan Keiko yang sekarang suka tersenyum sendiri dan ceria tidak seperti sebelumnya pendiam dan kadang melamun. Karena penasaran Kotaro memberanikan diri bertanya pada Keiko.

“Akhir-akhir ini kamu kelihatan gembira, apa ada sesuatu yang menyenangkan ?” Tanya Kotaro sehalus mungkin.

Keiko menoleh dan tersenyum maklum pasti ibunya sudah berbicara dengan Kotaro dan ingin mengetahui sebabnya karena ibunya pernah secara tidak langsung bertanya tapi hanya dijawabnya dengan senyuman. Kotaro menatap Keiko dengan bingung dan tidak percaya melihat Keiko yang tersenyum hangat kepadanya.

“Apa aku bermimpi.” Kata Kotaro dalam hati.

“Apa kelihatan sejelas itu…?” Tanya Keiko menyipitkan matanya. “hm memang aku lagi senang dan bahagia sekali…akh, aku harus segera pergi nanti terlambat.” Kata Keiko setelah melihat arloji ditangannya, merapikan berkas di meja lalu beranjak pergi setelah mengambil mantelnya.

“Apa kamu ada janji penting..?” Tanya Kotaro melihat Keiko pergi tergesa-gesa.

“Iya, Ryu mengajakku nonton film…bye Kotaro..” Keiko melambaikan tangannya lalu menghilang di balik pintu meninggalkan Kotaro yang sangat terkejut lalu terhenyak di kursi Keiko mendengar nama Ryu di sebut.

“Pantas saja Keiko ceria sekali…” Kata Kotaro pada dirinya sendiri.

ARTKEL TERKAIT



Posting Komentar